Perjalanan mulai memasuki kota pisang (lumajang), arak-arakan adik-adik TK dan SD memadati jalanan protokol dengan drum band pada barisan depan dan barisan belakang menggunakkan baju kokoh/muslimah sambil membawa bendera merah putih, wajah polosnya membuat aku seneng melihat hingga lupa mengabadikan gambar. Posisi duduk yang dekat jendela membuat aku bisa melihat gunung tertinggi di p.jawa dengan puncak yang masih tertutup awan putih, sepanjang jalan lumajang hingga probolinggo aku melihat banyak penduduk yang menjajakan hasil kebunya dan ini hanya bisa di temui ketika bulan-bulan panen buah dari desember hingga april, mulai dari durian yang dibungkus janur, alpukat, hingga nangka. Jarak antar pedagang tidaklah jauh jadi memungkinkan untuk kita hunting dengan harga miring lewat penawaran yang ciamik pula tentunya.
Kota dengan banyak pengerajin funiture (pasuruan/bangil) sedang aku lewati, mengamati berbagai model kursi dengan bahan kayu jati banyak terlihat disini, tempat ini terkenal dengan nama BUKIR mulai dari funiture biasa higga kualitas export ada, sesekali melihat kursi terbungkus rapi menggunakan karton di usung masuk ke kontainer. Ya, itu kursi mau di export keluar dari negri berjuta pengerajin ini (indonesia), kita patut bangga dengan pencapaian yang seperti kota pasuruan dan tak hanya di pasuruan yang terdapat pengerajin yang sudah mumpuni kota-kota lain juga pasti punya ini seperti Jember (kec.tutul) dengan kerajinan tasbih,kalung,dan asesories yang lain, Ubud dengan lukisan Balinya dll.
Tak terasa sudah perjalanan sampai di terminal Bungurasih Surabaya, bergegas keluar dari terminal dan menunggu di pintu keluar bus untuk menghindari hal yang tak diingankan, sebab dulu sebelum aku mengerti aku pernah terkena palak oleh preman disini dengan sedikit pukulan yang mendarat di pipi. Tidak ingin hal itu terulang setiap aku sampai di terminal bungurasih aku selalu berjalan dan menunggu bus tujuan di pintu keluar. Duduk sebentar di emperan sampai bus eka/mira dengan tujuan Jogja keluar dari terminal, tak mau lama-lama aku langsung memutuskan untuk naik bus dengantas yang lumayan berisi pakaian ganti, bus kali ini juga ekonomi tapi yang menggunakan AC (air cooler) bukan seperti yang aku tumpangi dari jember tadi..hehe
Perjalanan dilalui dengan keadaan hujan dari mojokerto hingga madiun, di madiun aku berbincang dengan kondektur bus yang saat itu sedang makan bersama aku, sudah merasa akrab p.kondektur yang bernama sartono ini memberi banyak kartu langganan bus pada aku untuk dikasi pada teman sesama backpacker, untuk kegunaan kartu berwarna merah ini lumayan membantu karna dengan kartu ini bisa dapat potongan harga jika perjalanan mengunakan bus eka/mira, tanpa ada masa berlaku dan berapa kali naik membuat nilai plus. Meskipun begitu kartu ini hanya bisa di pakai di jurusan jogja-surabaya dan kota kota yang terlintas di rute itu.
2 komentar:
asik ceritanya, lanjuuuuuuut
makasi mas
Posting Komentar