8 Des 2013 | By: Unknown

Tangan Jokowi Empuk


Foto : Vj Lie
      Pagi aku berangkat dari rumah salah satu sahabat, namanya Sandi. Saat itu masih jam 05:00wib, ketika Bandung masih ditutupi kabut tipis. Kali ini aku akan menuju Jakarta dengan menumpang bus dari Cileunyi. Sepanjang jalan aku mengamati matahari terbit, beruntung aku duduk didekat kaca waktu itu. Setiap kilometer aku amatai, mulai dari sawah, jalur kereta sampai bukit-bukit yang ada di kilometer 90. Sebelum kilometer 90, tepatnya di kilometer 100-105 ada pemandanggan yang kurang enak di sisi sebrang (sisi kiri).

     Pemandangan yang kurang enak itu adalah coakan besar akibat penambanggan bukit. Besar dan memang sangat besar bahkan truk 250PS terlihat kecil dari coakan itu. Sudahlah aku lanjutkan lagi cerita yang sampai kilometer 90, kilometer yang terkenal angker di tol Cipularang. Kilometer 90 keatas memang terkenal dengan jalur yang rawan kecelakaan, bagaimana tidak, jalur ini begitu meliuk-liuk dengan sisi kanan dan kiri bukit tinggi. Bisa jadi ini turut sebagai penyebab terjadinya kecelakan yang terjadi di tol Cipularang.

Singkat cerita.

     Aku yang tertidur di bangunkan oleh bapak separuh baya disampingku, dia memberitahuku kalau kampung rambutan telah sampai. Aku yang bergegas turun sembari melihat waktu yang aku habiskan diperjalanan tadi, ternyata tak lebih dari 3 jam. Kabar melalui SMS aku layangkan pada mas Saiful (Ipul) kalau aku telah menginjakan kaki di kampung rambutan, perut yang mulai lapar aku isi dengan membeli bubur samping trotoar, maklum tadi ketika berangkat dari tempat Sandi aku belum makan.

     Beberapa menit berlalu, mas Ipul menjemputku dengan berjalan kaki. dia mengajakan aku mampir di rumah kontrakan tak jauh dari tempat aku turun dari bus, sekitar 20 menit jalan kaki. Menyempatkan ngobrol sebentar yang di lanjut berangkat ke Monas untuk kopdar kecil-kecilan sembari melihat perhelatan kerajaan sedunia.

    Perjalanan menuju Monas menggunakan Bus Way dengan rute Kampung Rambutan - Pasar Senen - Harmoni - Monas, sesampai di Monas aku dan mas Ipul bertemu dengan Hesty Lestaluhu dan mbak Kiky. Celoteh yang ngalur ngidul terhenti saat acara kerajaan sedunia di mulai, meski saat itu matahari masih berada di atas kepala dengan langit yang biru kami tetap saja menyaksikan acara ini, sempet salah tempat duduk juga sebelumnya. :)

Foto : Vj Lie dan Jokowi
    Tarian-tarian dari kerajaan dari Madura menyita waktu kami berempat sampai tak sadar waktu sudah menunjukan jam 17:00 wib. Aku dan penonton lain yang duduk lesehan dikagetkan dengan berita yang beredar dari mulut kemulut, kalau orang nomor satu di Jakarta sedang duduk lesehan juga. Tidak lama dari berita itu kemudian para penonton menggruduk Pak.Joko Widodo yang biasa di sebuat Pak.Jokowi.

    Beliau tak jauh dari tempat dudukku, aku yang penasaran dengan sosok beliau menghampiri krumunan sembari ingin memotret. Ketika aku sudah melihat sosoknya entah kenapa aku juga ingin berfoto bareng, seperti ada magnet tersendiri yang membuat aku ingin mengabadikan moment bersama sosok yang setiap hari selalu muncul di branda facebook milikku. Butuh sedikit usaha untuk menembus krumunan orang agar bisa duduk dengan jarak terdekat.

    Dikrumunan Pak.Jokowi sempat mengatakan "lho kok malah kumpul disini, saya kan mau melihat. ayo duduk bareng ngeliat ini" tuturnya. Namun tetap saja percakapan itu tidak membuat pengunjung berhenti mengarahkan kameranya untuk mengarah ke Pak.Jokowi. Begitupun dengan aku, saat setelah aku sudah bisa menembus krumunan aku meminta ijin dan meminta Pak.Jokowi untuk menghadap kamera kecil 2,0 MP milik handphone kesayangan.

     Foto sudah selesai, aku kemudian pergi dengan tak lupa bersalaman. Kagetnya aku ketika salaman dengan pak.jokowi, "lho tangannya Pak.Jokowi empuk" sosok yang pekerja keras dan suka blusukan ini ternyata punya tangan yang empuk berbeda dengan cara kerjanya yang keras dan butuh pemikiran luas. Sebelumnya aku tidak ada keinginan bertemu Pak.Jokowi, yang aku inginkan malah ketemu Pak.Ahok, karena melihat sosok Pak.Ahok yang punya sikap berani membuat aku terinspirasi dengan cara mainnya. Pak.Ahok punya gaya sendiri untuk menampik dan membuat orang yang bertingkah menjadi geram dan muncul dipermukaan. Wah mulai seperti tim sukses saja aku ini.

Kembali di acara kopi darat (kopdar).
Foto : Doc pribadi keluarga mas.Alam
     Kopdar bersama teman-teman backpacker dari Jakarta berlanjut sembari nonton di Monas berjalan lancar. Tidak lama dari euforia Jokowi, mas Alam bersama keluarga kecilnya datang menemui kami yang duduk di depan panggung. Sikecil yang sedikit malu-malu memecah suasana jedah waktu pertunjukan. Celotehan kami mulai kemana-mana, dari cerita sikecil yang habis turung dari Sikunir dengan di gendong hingga ke perbincangan soal foto.
Foto : Doc pribadi mas Ipul

     Disamping Hesty ada mas ipul yang baru saja selesai mengurus panggilan alam nampak santai menanggapi godaan-demi godaan dari perempuan tua (nenek dengan gangguan jiwa), Hingga kemudian mas Ipul memutuskan pergi karena lapar. Mata hari mulai terbenam dengan mengguratkan warna orange dilangit Jakarta yang begitu cantik untuk di abadikan, senja itu berganti malam. Mbak.Kiky mulai berkemas dan pamit pulang terlebih dahulu yang kemudian disusul keluarga kecil mas.Alam juga pamit pulang.

      Sekarang tinggal kami bertiga yang masih inggin menyaksikan kelanjutan acra kerajaan sedunia, taklama kemudian acara dimulai dengan pertunjukan tari dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Aku yang mulai mengantuk karena alunan gending dari Keraton Surakarta Hadiningrat kemudian menyudahi acara kopdar kami. Hesty yang langsung pulang ke rumah dan aku lanjut menginap di rumah mas ipul yang tidak jauh dari terminal Kampung Rambutan. Kopdar kali ini begitu banyak cerita dan momen tersimpan di otak kecilku. Semoga pertemanan ini tetap langgeng seperti selayaknya saudara dan bisa bertemu kembali di lain kesempatan.

#salam ransel teman-teman
Foto : Hesty dan mbak.Kiky

6 Nov 2013 | By: Unknown

Cerita ABG


Cerita ABG
Cerita ABG, berawal dari kemacetan kota Jember di sore hari, saat aku sudah lelah setelah beraktifitas seharian. Perjalanan yang aku harapkan santai dan penuh dengan rasa damai berubah menjadi kesal dan Aku Bisa Gila akibat macet yang begitu panjang karena aktifitas pasar yang memakan badan jalan.

Aku Bisa Gila kalau aku hanya menggerutu akibat kemacetan jalan yang panjang seperti ular ini. Sepanjang jalan terlihat begitu banyak orang yang mulai kesal dengan kemacetan itu, sepertinya dia punya Cerita ABG juga sama sepertiku yang sedang kesal dengan kemacetan ini. Beberapa ibu-ibu berjalan beriringan membawa bakul diatas kepalanya, dan gadis-gadis ABG menenteng belanjaannya dari sebuah mall..

Aku Bisa Gila jika setiap hari aku merasakan kemacetan yang begitu panjang ini, disetiap pulang kerja. Mungkin lain kali aku kan menggunakan jalan lain untuk menuju rumah meski harus berputar di beberapa gang. Sembari berdoa melihat Gadis ABG yang sedang santai duduk-duduk di pelataran rumahnya, kayaknya itu jadi pemandangan menarik diperjalanan nanti.




"Artikel ini turut mendukung gerakan PKK Warung Blogger"
4 Nov 2013 | By: Unknown

Capung

ilustrator : M. Afwan
     Sedikit-sedikit Capung, sedikit-sedikit Capung, Capung kok cuman sedikit.

     Dahulu ketika aku masih kecil, sekecil pengetahunku tentang capung. Aku kira capung hanya hewan kecil yang tidak punya arti. Sepulang sekolah, aku bermain menangkap capung dengan wadah pastik putih. Aku kumpulkan sebanyak aku bisa, seperti kompetisi saja kala itu. Aku bersama temanku menangkap dan menagkap, tapna harus tahu buat apa nantinya jika sudah aku tangkap.

Warna-warni capung menjadikan Vj kecil begitu bersemangat menagkapnya, terkadang sampai lupa dengan makan siang. Masih aku ingat saat itu, ada capung yang sulit aku tangkap dengan tangan kosong. capung yang berwana hijau dengan sikapyang selalu waspada, seperti tentara. Ya, capung itu biasa aku sebut dengan Capung Tentara. Dia sulit untuk aku dekati namun dengan kecerdikan, aku bisa menangkapnya dengan umpan capung yang lebih kecil dari capung tentara.

Pekarangan rumah menjadi tempat favorit menagkap capung, rumput hijau dan pagar dari tanaman tetean menjadi tempat capung kecil maupun besar berkumpul. Mereka bertengger di rumput yang rendah namun terkadang dia gak sungkan untuk menclok diranting bambu yang tinggi. Nyayian (kleng dudukleng mburimu ono maling) sering aku alunkan berkali-kali saat temanku sedang berancang-ancang menagkap capung.

Sekarang baru aku mengerti, keberadaan capung sangat ada kaitannya dengan air bersih ditempat itu. Dipekarangan rumah sekarang yang sering aku lihat hanya capung Tentara dan capung memean. Saat senja aku melihat capung putih yang terbang begitu cepat, dengan terbang tanpa henti di atas Sumur. Aku sedikit tersenyum ketika anak-anak kecil tidak lagi berminat untuk menagkap capung, tapi aku juga sedih karena berkurangnya capung brarti berkurang juga air bersih ditempatku tinggal.

Perubahan yang tidak baik sedang terjadi tanpa kita sadari, capung-capung mulai menghilang ketika kita sedang asyik membangaun pondasi gedung dengan merusak pori-pori aliran air bersih didalam tanah. Ketidak tahuan membuat kita tidak menyadari jika capung ada keterkaitan erat dengan adanya air bersih. Bukan salah orang yang tidak tahu tapi salah kita yang tahu tentang itu tidak memberi pengetahuannya pada mereka yang tidak tahu. Sedikit menyisipkan tentang pentingnya capung dalam celotehan kita di Warung Kopi mungkin akan bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya.
Capung Tentara

31 Okt 2013 | By: Unknown

Gorden Jember

Bali Mahkota Gorden

     Tentang sebuah usaha yang digeluti salah satu sahabatku dia biasa aku panggil pak.Bali. Usaha ini bergerak di bidang interior dan gorden atau biasa orang jember biasa mengatakan korden/selambu. Tadi pagi menjelang siang aku mampir ditoko miliknya yang terletak di jl.kenanga no.58 Jember. Perbincangan ngalor ngidul begitu mewarnai acara ngopi bareng kami, sesekali p.bali ikut melayani pelanggannya sekaligus membantu karyawati yang bertugas sebagai pramuniaga merangkap kasir.

     Sesaat saya ditinggal melayani pelanggan, saya melihat beberapa katalog yang memuat begitu banyak desain interior dan gorden. Mulai dari interior dan gorden rumah, kantor, hingga hotel ada dalam katalog miliknya. Saya yang masih awam dalam desain interior memerhatikan pak.Bali begitu telaten melayani pelanggan yang bertanya tentang perpaduan warna dan desain gorden yang cocok untuk rumah bergaya minimalis.

     Gorden yang di pamerkan ditoko juga beragam, bisa menarik minat pelangggan untuk berkunjung dan melihat-lihat desain yang cocok untuk rumahnya. pak.Bali yang begitu cekatan menginspirasiku untuk bekerja keras dalam sebuah usaha dalam bidang apapun, dengan kunci suksesnya berusaha, jujur, pelayanan, dan doa.

     Pak.Bali sedikit membagi cerita tentang pengalamannya saat melayani pelanggan di luar kota Jember, ketika itu di daerah Besuki. Beliau ketika itu memenuhi undangan untuk mengukur keperluan barang yang akan dipasang dipelanggan barunya, salah satu prusahaan BUMN. Ketika itu setelah diukur keperluan bahanya ternyata pembeliannya tidak jadi. Kecewa, iya. Namun pak.Bali tidak berhenti disana, sepanjang perjalanan ia menawarkan produck yang dia punya pada kantor-kantor dan penginapan.

     Pengalaman seperti itu menjadi pengalaman yang baik menurutnya, karna dari hal itu pak.Bali lewat CV.Bali Mahkota Gorden miliknya menjadi dikenal oleh kantor-kantor dan hotel/penginapan di daerah Besuki. Penawaran atau sekedar bertanya sudah biasa dialami namun beliau tetap ramah melayani pelanggan-pelanggannya, karena itu adalah bagian dari service yang harus dipegang terus demi sebuah kepuasan pelanggan.

     Walaupun kantor dan toko Bali Mahkota Gorden (BMG) ada dikota Jember, tidak menjadikan sebuah usaha ini berhenti diwilayah Jember saja. BMG juga melayani pelanggannya diluar kota jember, untuk keperluan interior dan Gorden perkantoran, Hotel, maupun Rumah pribadi.

CV. Bali Mahkota Gorden bisa dikunjungi di
Jalan : Kenanga No.58 Jember - Jatim
Tlpn : 0331 - 313 3335 / 0331 - 343 3335
HP : 081 333 333 8220 / 081 333 333 821
FB : Bali Mahkota Gorden
gorden jember



sedikit koleksi gorden

Gorden

30 Okt 2013 | By: Unknown

Fitri Apriyani

doc: pribadi......Fitri Apriyani
     Hallo fitri gimana kabar kamu sekarang? apa masih dengan jaket kunig hitam yang aku lihat pertamakali di ijen saat aku mengenalmu. Kala itu mataku masih merah karna asap belerang dan tak tidur semalaman demi melihat keagungan sang pencipta yang ditorehkan lewat api biru Ijen. Pagi yang masih dini itu aku berjalan menyusuri anak tangga dengan asap belerang yang begitu pekat. Senter anti kabut punyaku tak bisa menembus, hingga beberapa kali aku harus masuk kejalan yang salah.

     Malam yang melelahkan, saat aku sudah berada dibawah. Dekat dengan sumber api biru dimana penambang belerang menggunakan linggis untuk mengambail belerang yang sudah siap ditambang. Mata ini perih, tenggorokaku juga tersa sangat kering dan susah bernafas. Setelah sekian menit aku berada dibawah lalu berjalan kembali menuju puncak gunung ijen, aku diberitahu sama mas.Daniel yang mengatakan rombongan dari Surabaya juga diIjen saat ini.

     Kelelahanku masih belum mengalahkan rasa penasaran tentang belerang dengan cetakan-cetakan kecil nan imut itu. Beberapa kali kamera ini aku arahkan kesudut belerang dan memotretmu tanpa disengaja. Aku kira kau bukan rombongan dari Surabaya itu sebab kau tak nampak bareng dengan lelaki berjaket ala anak motor itu. Iya, agus bolang.

     Pesta pendakian Ijenpun selesai dan aku bersama sahabat turun begitu juga denganmu, perencanan yang tersusun rapi akan berlanjut ke Pulau Merah mulai berjalan meski waktu itu rombonganku tak beriringan berjalan dengan rombonganmu. Aku yang tak tahu jalan sama sekali menuju Pulau Merah hanya bisa manut dengan sangpunggawa jalanku, mata yang semakin redup terterpa angin membuat aku bersama teman yang lain mampir diSPBU untuk sejenak beristirahat.

     Pulau merah yang merona dengan sunsetnya menggodaku untuk memotret dan menunggu kedatangan rombonganmu. Senjapun lengser dan berganti dengan malam, disaat itu kau bersama rombongan tiba. Tanpa banyak celoteh panjang semua terpejam dengan iringan suara angin dan ombak pantai Pulau merah hingga sangsurya memancarkan warna oranye dilangit biru.

     Keinginan yang masih ingin melihat pantai lain membuat aku dan sahabat gabung dengan rombonganmu, setelah mie goreng dan minuman hangat buatanmu aku habiskan disaat itu juga aku masih gak hafal dengan namamu, yang kuhafal adalah jaket kuning itu penanda kalau kau sekarang satu rombongan denganku. Sedikit papan pengarah jalan menjadikan rombongan kami masuk pantai yang salah, saat itu baru aku maulai tau kalau kau tak banyak bicara. Sedikit lemparan senyum dan sepertinya itu sinis buatku. Ah, entahlah aku tak mau berburuk sangka dengan semua itu, yang jelas kau sekarang temanku.

     Waktu berjalan beriringan putaran jam, akupun lebih mengenal sosok mu dan menuliskan di otak kiriku nama Fitri. Ternyata mengenalmu lewat sosial media lebih tahu banyak tanpa harus bertanya langsung darimana dan siapa nama panjangmu. Kudengar kau dan teman sehobi mau ke curah macan dengan misi sosial, akupun menyambut hal itu dengan berencana kesana juga. Namun aku hanya sebagai pemandu sorak untuk meramaikan suasana, dan disitu baru aku mengenal sosok aslimu, ya dengan sapaan riang menyebut nama "vj......" dalam suasana surup, Teguran itu sontak membuat aku kaget "lho kok gak pendiam lagi nie orang".

      Hem.... Mau nulis apa lagi ini, ya sudahlah aku akhiri saja meski tak ketemu inti dari tulisan ini apa, karna aku bukan sastrawan atau pujangga yang pandai merangkai kata. Asek....

Kalau Nikah jangan lupa Undang-Undang aku ya FIT :)

8 Jun 2013 | By: Unknown

Siti yang mengukir jejak

Hay siti....
Kenapa dengan mu? hembusan nafas itu terasa cepat tiap langkah kakimu untuk terus mendaki ke gunung tertinggi di pulau jawa ini, jangan kau paksa tubuh pemberian tuhan itu untuk tetap melangkah jika kau sudah tidak sanggup, keinginan kuat saja tak cukup untuk menginjakan kakimu di puncak sana namun fisik juga perlu.

Pencapaian tertinggi itu bukan dillihat dari puncak mahameru ini, namun dimana kita berdiri di batas kaki ini sudah tak kuat lagi untuk melangkah naik, dan saat nafas tak beraturan hingga sulit terkendali. Coba kalu lihat disana orang yang berkata dengan membusungkan dada itu, menilai sebuah keberhasilan dengan waktu tempuh dia mendaki, atau kamu lihat orang itu yang sombong dengan mengatakan berapa banyak gunung yang pernah dia gagahi. Siti apa seperti meraka tujuanmu nanti setelah kau memaksa dirimu untuk tetap melangkah hingga puncak? semoga saja bukan.

Siti akhirnya langkahmu harus berhenti juga di jalan pasir menuju puncak Mahameru, ini sebuah keberhasilan yang luar biasa siti, jika melihat latar belakangmu yang sibuk dengan pekerjaan, fisik seorang wanita karir dan hanya gunung ini yang pertama kamu daki. Tak usah kau berkecil hati dengan semuanya, mereka yang punya hitungan waktu dengan sebuah pencapaian adalah mereka yang bisa karna terbiasa bukan mereka yang masih sepertimu, dan mereka yang menyebutkan beberapa gunung karna mereka punya banyak waktu dan tidak sepertimu.

Sudahlah siti buang ambisi itu, melangkahlah turun dan menikmati alam ini tanpa kita harus mengotorinya, lihat cemara ini, rumput, bunga-bunga, danau, hijau hutan dan kehangatan solidaritas yang tercipta. Nikmati saja itu, sehingga kita tidak menyianyiakan perjalanan panjangan dengan berbagai suguhan yang telah tuhan sajikan. Sudah ya siti, aku bukan guru yang baik dengan banyak ilmu, aku hanya sekedar orang yang tak punya kerjaan mendaki gunung tanpa pengalaman segudang. Siti semoga kau tak kesal dengan celoteh penganguran ini kau teman baruku yang punya warna tersendiri dari kita berempat belas. :D
29 Apr 2013 | By: Unknown

Dompet

     Sepertinya kau bosan denganku, karna setiap saat kau selalu ada di saku blakang dan kadang tertindih badan kurus ini. Hampir dua tahun lamanya kau selalu menjadi wadah dimana surat-surat penting, uang, bahkan struk tagihan bulananku tersimpan rapi pada lipaatan-lipatan milikmu. Ngomong-ngomong kamu sekarang dimana dompet, aku kira kemari kau masih tinggal di panaongan dan tidak ikut aku memotret suasana senja pelelangan ikan di puger, ternayata perkiraan aku salah terhadapmu.

     Mungkin kau sudah pindah tangan, menemukan majikan baru untuk dijadikan wadah uang dan lain sebagainya, atau kau ada direrimbunan semak pinggir jalan? entahlah yang jelas aku kehilanganmu dan isinya. Disini aku masih bingung untuk mengurus surat kehilanganmu, mendatangai markas polisi untuk mendapat surat keterangan kehilangan, karna beberapa surat masih melekat padamu. Aku berharap nanti ketika aku mengurut surat kehilanganmu birokrasi di kota kecil Jember ini tak berbelit-belit dengan berbagai alasan yang ujung-ujungnya duit.

     Oh iya. Ada satu lagi yang mengganjal dalam hati ini saat pengurusan surat itu, jika nanti aku harus meminta keterangan dari desa tempat aku tinggal. Sepengalamanku tak ada yang gratis disana, semua membutuhkan uang dan satu lagi yang paling aku kenang hingga saat ini, ketika itu aku mengurusi SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) yang harus dimulai dari desa setempat. Surat keterangan sudah diketik dengan mesin ketik bukan komputer, semua lengkap dengan identitasku dan cap desa namun itu saja tak cukup harus ada tanda tangan kepala desa.

     Benar-benar menjengkelkan, aku harus datang kerumah kepala desa demi coretan pena sang petinggi desa. Padahal hari itu masih hari kerja, hadech...kenapa birokrasi di tempatku seperti ini, pelayanan dikesampingkan setelah tahta sudah diraih dan lupa akan janji disaat kampanye dulu. Sudahlah tak ada habisnya jika mengomentari sebuah carut-marut birokrasi disuatu tempat. Berdoa saja kalau benar terjadi aku harus meminta keterangan dari desa agar lancar dan tak berbelit, bukan apa setelah pengalaman itu aku malas bersinggungan dengan birokrat-birokrat desaku, ditambah lagi istri dari pemimpin desa sebentar lagi harus bersaing untuk menduduki kursi kepala desa yang sekarang masih diduduki suaminya.

      Pastinya kesibukan kepala desaku bertambah, disisilain menjadi kades dan sisi satunya harus mengatur strategi agar kursi kepala desa tetap di keluarganya setelah periode kedua ini. Moga saja di masa akhir jabatan menjadi kepala desa beliau tak mengabaikan pelayanan untuk masyarakatnya, agar pengurusan surat kehilangan dompet milikku tak menjadi hal yang membuat naik darah.
18 Apr 2013 | By: Unknown

PENGANGGURAN

         Minggu-minggu ini paling berat dalam hidupku, aku harus memenuhi kebutuhan dan tagihan yang datang tiap bulan. Listrik, pulsa, dan iyuran yang lain, aku mulai memutar otak untuk mendapatkan penghasilan setelah status pengangguran aku sandang, mungkin kemarin aku terlalu nyaman dengan keadaan hingga lupa daratan tentang setatusku yang menggantung. Ya. Menggantung atas nama proses, proses yang berjalan ditempat semakin lama semakin memakan waktu.

        Seiring perjalanan waktu, aku yang memutuskan untuk tinggal dikota asalku Jember, jauh dari proses PHK (putus hubungan kerja) yang aku jalani di Karawang. Semua itu tidak menjadikan aku tenang, aku merasa tambah bersalah dengan keadaan ini yang meninggalkan saudara, teman, dan sahabat bertarung dengan proses. Pebruari menjadi akhir dari semua cerita proses setelah sembilan bulan proses berjalan, aku memutuskan untuk keluar dari serikat pekerja dan mengambil PHK tentunya dengan banyak pertimbangan.

        Tercatatan 28 Pebruari 2013 aku berubah status, dari karyawan tetap menjadi pengangguran, dari biaya brobat gratis menjadi bayar, dengan kata lain HAK aku sebagai karyawan telah gugur mulai tanggal 28 Pebruari 2013 kemarin. Berat memang, tapi ini keputusan yang sudah aku ambil walau resiko sudah menanti didepan. Aku juga tak mau lama-lama menggantungkan nasib, ini keputusan buatku tapi mungkin ada yang beranggapan ini sebuah penghianatan, aku tak mempermasalahkan sebuah sudut pandang itu, bukankah kita berada dinegara yang bebes berpendapat, ya sudahlah.

          Kebingungan sudah mulai aku hadapi sekarang, aku yang harus bisa membayar tagihan-tagihan itu. Hasil keputusanku memang mendapatkan uang pengganti atas jasa kerjaku selama ini, namun kebutuhan dan kuwajiban menjadikan uang bergulir dan tersisa tak banyak, itupun harus aku relakan buat kelancaran rumah saudaraku. Mimpi kemarin sore untuk sebuah usaha harus pupus terlebih dahulu, aku sekarang harus bekerja dan menghasilkan meski sedikit yang penting menghasilkan terlebih dahulu untuk kebutuhan.

          Ini baru hidup, aku bagai ditantang oleh waktu dan keperluan perut. Terkadang aku berfikir pesimis tentang diriku sendiri yang sudah malas dengan tes kerja yang harus dilalui, matematika, interview, yang berujung menggugurkan aku karna umur yang tak lagi masuk kriteria dalam karyawan baru untuk pekerjaan berijazahkan SMK.

          Sempat kemarin aku aku melamar di prusahaan yang menaungi minimarket. Haripertama dengan matematika psikotes dengan hasil lolos. Hari kedua interview, disini semua terungkap karna aku tak menutupi tentang masa yang pernah aku lalui, namun semua ini berakhir dengan aku dipindah alih lamaran karna umur, dari pramuniaga menjadi helper. Aku tak mempermasalahkan itu karna aku sudah terlanjur basah dan harus aku teruskan, hari ketiga dengan ujian tes helper, metematika lagi aku temui dan interview kemudian. Gugur sudah karena aku sudah capek menjalani rentetan tes yang setelah itu masih ada lagi dengan tahap angkat-angkat beban berupa barang di warehouse tanpa alat bantu, kemudian trainee dan teken kontrak selama 3 bulan.

          Sekarang mau menjelang kelulusan dan akan lebih banyak pengangguran sementara, sepanjang itu semakin ketat persaingan mencari sebuah pekerjaan. Aduh entah bagaimana dengan aku? itu yang harus aku jawab dalam waktu dekat ini, semoga aku cepat mendapat pekerjaan yang menghasilan tanpa harus menjalani rentetan tes seperti tadi. Pendekatan mulai aku lakukan untuk mendapat info lowongan, yang aku ingin tak beranjak lagi dari tahan kelahiranku itu saja.
21 Mar 2013 | By: Unknown

BerTIGA di Bali

Sandi, Arul, Vj lie (aku)
          Masih teringat dalam benak tentang perjalanan ke pulau dewata (BALI) beberapa waktu lalu dengan sahabat-sahabat. Ya. kami bertiga, saat itu rasa penasaran menyelimuti Sandiana dan Arul tentang keindahan pulau dewata, rencana tersusun rapi dengan beragam destinasi yang akan kami kunjungi walau uang perak yang ada dikantong. Perjalanan dimulai dari kota kecil Jember menuju Denpasar, disana sudah ada saudaraku yang siap menampung kami bertiga.

          Sebenarnya aku punya pantangan saat berkunjung ke Bali, dan pantangan itu aku langgar, yakni menumpang kapal pada malam hari. Padahal aku sudah taruma dengan perjalanan malam dengan menumpang kapal, karn pasti mual alias mabuk laut. dan itu terjadi saat menyebrang dari ketapang ke gilimanuk, gak enak banget rasanya saat itu, tapi apamaudikata aku harus kuat untuk mendampingi temanku yang dari Bandung dan Cirebon ini.

          Denpasar di pagi hari menyegarkan kembali tentang keingainan kami bertiga untuk berjalan menyusuri pulau yang ada di timur pulau.jawa, saat itu hari raya kuningan kurang satu hari lagi rangkaian persiapan menjadikan banyak sesajen dan wangi dupa dietiap pertigaan, gerbang-gerbang rumah, serta pura yang kami lewati.

          Keruatan dahi Arul mewarnai perjalanan entah apa yang dia fikirkan saat itu ketika seekor penjaga jalan menggonggong tidah jauh dari kami berjalan, mungkin dia takut dengan suasana ditambah corak berbeda dari kampung halamannya tapi itu fikirku. Berbeda dengan Sandiana yang masih penasaran dengan Bali, dimatanya Bali adalah tempat yang indah dan itu perlu dia kunjungi setiap jengkalnya.

          Hari berganti tiba saatnya berjalan menggunakan motor pinjaman dari saudara untuk berkunjung di berbagai tempat di pulau ini bertiga dengan dua motor, terik membakar apal jalanan dan membuat mata panas saat melajukan kendaraan pinjaman ini, kami bertigapun berhenti sejenak di pantai sanur melihat dan berfoto bersama. Kerut dahi itu tak terlihat lagi di wajah arul dan senyum keluar di wajah sandi yang merasa bangga menginjakan kaki di pasir pantai sanur meski cuman sebentar.

          Mampir kepasar Sukowati setelah pantai sanur, disini kami bertiga mencari pernak pernik untuk oleh-oleh dengan harga yang bisa ditawar dan itupun masih aja tergolong mahal. Praktek tawar menawar kami tak sebagus teori yang kami punya waktu itu, yasudahlah kami harus lanjut berjalan ketempat yang kami bisa datangi dengan waktu yang ada, Ubud yang menjadi tujuan brikutnya meski kami tak berhenti untuk melihat lukisan dari seniman ubud atau berfoto ditugu-tugu gerbang pura yang berdiri kokoh dengan wara merah bata.

          Sore menjadikan siang menggeser matahari ke ufuk barat waktu itu kami telah ada di tanah lot, prosesi upacara kuningan kami saksikan dengan pernik patung yang dipikul dibahu-bahu beberapa peserta upacara yang mengenakan baju putih dan para wanita membawa sesajen yang diletakkan dipinggul, ada juga yang diatas kepalanya. Suasana sangat hikmat waktu upacara kuniangan dengan bunyi-bunyian khas Bali.

          Wajah kami bertiga beragam, aku menikmati suasana karna keteguhan keyakinan yang dianut, sandi dengan wajah asrinya, menebar senyum sambil berfoto-foto narsis lewat smartphone miliknya meski saat itu kecewa karena penolakan dia dapat dari salah satu turis mancanegara untuk berfoto bareng. Arul kembali mengerutkan dahi melihat berbagai patung yang diusung peserta upacara, tapi saat itu aku tak ingin menggangu arul. matahari telah terbenam dengan nuansa senja yang menawan sore ini, kami bertigapun bergegas pulang ketempat saudara di bilangan Denpasar.

          Malam itu arul bersuara setelah kami makan, dia ingan besok harinya bergegas pulang ke jember dengan satu alasan "takut". Ya.takut, itulah alasan arul ingin meninggalkan Bali cepat-cepat, yang masih menyimpan tempat-tempat eksotik lainya, tak banyak yang arul bagi malam itu dia hanya merasa tak nyaman dengan suasana. Keesokan harinya kami bertiga pulang ke Jember dengan prasaan yang berbeda-beda, sandi yang masih ingin berpetualang, arul merasa sedikit lega dengan keadaan ini, dan aku merasa lega setelah mengajak sahabat-sahabat menyusuri pulau dewata walau tak sepenuhnya kami singgahi.

          Saat menuju kota kecil Jember, saat kami bertiga ada di kapal veri, dan saat itu pula arul sedikit berbagi ketika veri sudah bergerak meninggalkan pulau dewata secara perlahan. Arul menceritakan kanapa dia takut dengan suasana Bali yang menurut dia mencekam karna harum wewangian kembang dan dupa, ditambah suara gonggongan penjaga jalan. Suasana itu membuat arul takut serta tak ingin lagi menginjakan kaki dipulau ini, meski telah beberapa kali aku bujuk dengan biaya gratis diapun tak mau. ya itulah sedikit cerita parjalanan kami bertiga di tanah Bali.



POSTINGAN PENUH RASA SYUKUR INI UNTUK MEMERIAHKAN SYUKURAN RAME RAME MAMA CALVINLITTLE DIJA DAN ACACICU

syukuran rame-rame





15 Mar 2013 | By: Unknown

Melangkah Di Kawah Ijen



Rombongan Jember, Surabaya, dan Bali
            Dua minggu lewat dua hari, jemari ini tak menari diatas acakan huruf keyboard, malam ini aku mau berkisah tentang perjalanan yang kemarin sempat menyita waktu, jauh sebelum hari sabtu kemarin tanggal 09/maret/2013 kabar tentang akan ada trip kekawah ijen dengan backpacker Surabaya yang tertulis di grub facebook jember backapacker aku terima.

           Sabtu malam 09/maret/2013 adalah waktu yang telah di sepakati untuk kami (backpacker jember) berangkat dan bertemu teman dari surabaya di Gunung Ijen, jam menunjukan pukul 21:30 wib mundur setengah jam dari rencana semula yang akan berangkat jam 21:00 wib. kami berdelapan aku, ain, sattar, mas daniel, lukman, mbak irma, abhi, dan hana saling berboncengan dengan empat motor, berjalan beriringan sepanjang jalan Jember - Bondowoso, ada yang special dengan trip kali ini karena Ain teman jauh dari Bekasi juga turut ikut dengan rombongan Jember yang dikomandoi mas daniel.

           Jalan yang pertama terang dengan penerangan lampu jalan menjadi gelap ketika masuk jalur menuju kawah ijen dari kota Bondowoso ,jalan yang berkelok dan perlahan menanjak menjadikan barisan motor kami mulai berjau-jauhan sesuai dengan kemampuan menanjak motor. Lukman dan hana yang menggunakan motor matic perlahan tapi pasti menjauh dari rombongan, sampai kami di pos pertama jam 23:30 wib, saat mas daniel menulis dibuku tamu, sattar muncul dengan membawa kupu-kupu besar. Takjub, Iya. karna sebelumnya aku belum pernah melihat kupu-kupu sebesar itu, camera ku keluarkan untuk mengambil gambar sebelum perjalanan berlanjut.

           Sebelum pos Paltuding kami juga harus mengisi buku tamu di pos kedua yang tak begitu jauh jaraknya, sekarang mbak irma yang bertindak mengisi buku tamu, selisih limabelas menit dari pos kedua kami sampai di Paltuding Ijen. Sejenak melepas lelah sambil nyeruput kopi panas buatan warung yang ada di pojok kanan tempat parkir motor, pertanyaan muncul ketika motor dari rombongan Surabaya ada tapi kami tak temui empunya motor. Kendala sinyal HP (handphone) menjadikan kami tak bisa menghubungi backpacker asal surabaya ini, keputusan untuk mendaki sebelum ketemu rombongan dari Surabaya di ambil. Oh iya, kami di warung juga bertemu rombongan lain dari Bali (ara dan asong) yang sebelumnya sudah janjian bertemu di paltuding.

            Waktu menunjukan angka 01:00 wib dan sudah di hari minggu 10/maret/2013 menjadi awal langkah kami mendaki puncak gunung ijen dengan angan ingin  melihat fenomena api biru dan menyapa para penambang, langkah demi langkah kami pijakan di jalur pendakian yang masih tergolong lancar karna jalan yang kami lalui belum begitu menanjak, lapu senter menjadi penerang tunggal diperjalanan dan nafas yang sulit di atur mengiringi setiap perjalanan kami dijalan yang kian lama kian menanjak.

             Ain dan mbak irma mulai mengalami kelelahan sebab trek menanjak, Ain baru pertama kali naik ke gunung ijen dan mbak irma yang kedua kalinya. Mengimbangi langkah duo prempuan ini hal yang harus di ambil sembari memberi motifasi dan mengajak berbincang agar tersa lebih santai sehingga beratnya medan takbegitu terasa. Asap dan debu belerang mengurangi pengelihatan membuat beberapa kali perjalanan kami mengalami salah jalan, oksigen tipis yang bercampur asap belerang membuat pernafasan kami tak baik dan harus menggunakan masker yang telah di basahi dengan air tapi itupun tak cukup, karna rasa kering ditenggorokan juga membuat kami semakin susah bernafas.
kami & Api Biru

              Semua itu terbayar lunas ketika beradah di dekat kawah dan anginpun meniup asap belerang menjauh dari kami, setelah tiga jam limabelas menit berjalan kami bisa melihat fenomena api biru yang hanya ada dua di dunia.Fajar kian menyingsing dan arah angin menjadikan asap belerang kembali kearah kami berpijak, seakan memberi tahu kita untuk bergegas pergi.

             Bercengkramah dengan para penambang menjadi selingan di perjalanan naik menjauh dari kawah dan tak melewatkan berfoto, beban belarang yang penambang angkut bisa mencapai 90kg lebih berat dari beban tubuhnya, oleh sebab itu beberapa kali penambang meletakkan keranjang pikulannya yang berisi belerang kesela batu yang saling berdekatan. Pundak mereka seakan sudah menggumpal keras sekeras kehidupan yang mereka jalani, karena Rp.800 adalah harga perkilo gram belerang. Rata-rata mereka mengangkut 2-3 kali dalam satu hari, namuan senyum dan guyonan mewarnai sepanjang jalan pendakian walau beban akan semakian berat jika keranjang mengayun ketika dipikul menyusuri jalan.

              Sampai kami dipos paltuding kembali, mengisi perut yang kosong dengan sarapan nasi goreng diwarung pojok. Sebelumnya kami sedah ketemu dengan rombongan asal Surabaya diatas yang berjumlah lima orang dengan koordinator mas agus, karena jadwal yang berbeda membuat perjalanan kembali terpisah. Kami yang dari Jember dan Bali ke pulau merah dan robongan mas agus ke belawan terlebih dahulu. Mas abhi dan mbak irma pun juga turut memisahkan diri karna urusan pribadi, pagi itu perjalanan ijen berakhir dipukul 09:30 wib harri minggu 10/maret/2013 yang berlajut di pulau merah Banyuwangi dan kembali bertemu dengan robongan Surabaya.
Senyum Penambang Belerang

Ain dan Penambang

Penambang Belarang

Penambang Belarang

Danau Kawah Ijen

27 Feb 2013 | By: Unknown

Jemberan

        Bengi-bengi konco ku teko karo ngowo sarung koyo wong ronda ngunu wez, jenenge Samat, Samat sambatan polae kerjo gak prei-prei sampek  rosone belong geger iki potong. Lek pas koyok ngunu iku ojok di garai, iso-iso koen diajak keket.hehe

        Malamm-malam teman ku datang sama bawa sarung seperti orang ronda  gitu deh, namanya Samat, Samat mengeluh karena kerja gak pernah libur sampai rasanya  tulang punggung ini patah. Kalau udah gitu jangan di usilin, bisa-bisa kamu di ajak brantem.hehe

        Rodok sui titik Samat nyedek, yo koyok biasa cangkrukan karo nyeruput kopi, meringunu samat takok neng arek-arek ngene "he..sam opo seng di golek'i neng dunyo iki?" jawabane arek-arek salbut koyok bola seng mbulet.hehe

         Agak lama kemudian samat mendekat, ya kayak biasa nongkrong sama minum kopi, setelah itu samat tanya pada teman-teman gini "he..apa sie  yang dicari di dunia ini?" jawaban dari teman-teman ngawur bagai benang kusut.hehe

         Sak gurung'e ojok  kaget karo boso ku, yok opo maneh iki boso daerah ku seng cuampur gak ron-karon polae jember iku bosone salbut. Jowo, Meduro, Osing, lek-walikan iku dadi siji, mangkakno lek sampean teko neng jember jok kaget lek ono uwong ngomong boso indonesia karo logat meduro diselipi boso jowo titik.

          Sebelumnya  jangan kaget sama bahasa ku,  ya gimana lagi ini bahasa daerah aku  yang campur  gak karuan, soalnya Jember itu bahasanya ngawur. Jawa, Madura, Osing, Kebalik-kebalik itu jadi satu. makanya kalau  kamu dijember jangan kaget kalau ada orang ngomong bahasa indonesia pakai logat madura diselipin bahasa jawa sidikit..

          Mbalek neng ceritone samat, salah siji arek seng cangkruk langsung ngomong "uwez mat gak usah di pikir santai ae, yok opo lek nyanyi ae" samat langsung guyu  cengingas-cengingis jare wong jember iku "abech agellek"... :)

           Kembali di cerita Samat, salah satu anak yang nongkrong langsung ngomong "udah mat jangan  di pikiri santai saja, gimana kalau nyanyi aja" samat langsung senyum nyengar-nyengir kata orang jember itu "yach ketawa"....:)

iki lagune :
ini lagunya :

       Sepurone ae boz lek critane gak nyambung, polae gak iso ndongeng..harap maklum..hehe
      Ma'af aja ya kalau critanya gak nyambung, soalnya gak  bisa mendongeng..harap maklum..hehe


postingan ini diikut sertakan aku cinta bahasa daerah giveaway
23 Feb 2013 | By: Unknown

Berpasangan untuk generasi berikutnya

            Kita diciptakan berpasangan untuk menikmati hidup kemudian menurunkan ke generasi berikutnya supaya mereka juga melihat hijau dan birunya Dunia.

21 Feb 2013 | By: Unknown

Berbagi Happy dengan keponakan

       Kemarin sempet bongkar-bongkar album untuk mencari foto yang akan aku ikutkan di Giveaway, ahkirnya aku ambil foto saat aku bersama Aura. Ya, Aura keponakan aku karenakan aku belum keluarga sendiri..hehe

        Saat itu aku menggendong aura dipundak, ini biasa aku lakuin saat Aura berkujung di kediaman nenek yang sekaligus rumah aku (mumpung berat Aura belum begitu berat banget :D) dengan gaya narsis yang dia punya mbak aulia (ibu Aura) mengabadikan moment itu menggunakan kamera 5MP dari HP nokia milik ku.

       Alhamdulillah kebahagian Aura sekarang bertambah nie sebab uda gak sendiri lagi, adik kecil Aura lahir yang beri nama Farel, wah tambah seru aja nie kalau kalau kumpul bareng diruman nenek nantinya tentu tak lupa pasang gaya unyu-unyu jika nanti difoto lagi.. :D
Senangnya berbagi Happy
Gaya narsis Aura

Aura dan Farel




 Postingan ini di ikut sertakan Giveaway potret laki-laki dan dunia anak untuk mama fauzanmama olivepapanya cintya-agas








16 Feb 2013 | By: Unknown

Karawang kota perantauan ku

keluarga di karawang
   Sudah seminggu ini aku berada di Karawang, tempat dimana aku pernah tinggal untuk mencari uang dan merintis karier, sekarang aku disini bukan untuk kembali bekerja tapi ingin bertemu kawan lama dan melihat perkembangan kasus PHK sepihak yang menimpaku, aku berangkat dari jember yang sebelumnya aku mampir di beberapa  kota. Ya, aku seorang perantau, berada di  karawang mulai aku lulus STM, Kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik membuat aku memutuskan merantau.

     Karawang adalah kota yang belum pernah aku kunjungi sebelunya, selain jauh aku juga tidak punya keluarga disini. Rasa khawatir ada sewaktu berangkat ke Karawang, rasa itu sedikit terkikis saat aku berteman dengan Dasep, Nana, Sandi. mereka juga merantau di karawang, tempat kerja yang lumayan jauh membuat aku bergantian antar jemput dengan Dasep, karna shift kita beda jadi satu motor dipakai gantian tapi saat shift bentrok aku harus rela nebeng dengan orang yang satu tujuan hingga akhirnya membeli motor sendiri meski kredit.

        Hidup diprantauan membuat aku lebih mandiri dan terkadang aku sering kehabisan uang sebelum gaji turun, saudara seperantauanlah yang jadi tempat aku minjam uang.hehe :)
Namanya juga baru bisa mencari uang sendiri jadi sifat boros ada dalam diriku, waktu berjalan dan aku mulai bisa mengontrol sifat borosku hingga kemudian ngaliwet/makan bersama ini biasa kami lakukan saat tanggal tua.

         Tidak hanya itu, nasi uduk di pagi hari juga jadi andalan sarapan pagi disamping harga yang murah nasi uduk juga enak. Kami sudah seperti  keluarga di Karawang, saat aku kecelakaan mereka yang merawatku dan pernah saat itu jari telunjuk ku harus dijahit karna terjepit, Dasep lah yang sibuk membawaku kerumah sakit.

         Mencuci adalah aktifitas yang aku lakukan saat libur kerja, tapi aku kadang juga melaundry saat aku capek akibat lembur di hari istirahatku. Di karawang aku ikut dalam serikat pekerja yang baru di rintis oleh para pekerja yang taklain sahabatku, dari sini gejolak mulai timbul hingga berujung surat PHK sepihak untuk 19 orang dan aku juga termasuk di dalamnya.
 
        Mungkin karena aku salah satu penggerak untuk meyakinkan para sahabat hingga mau masuk di serikat pekerja, dan bagi prusahaan itu sebuah hal yang buruk.Banyak hal yang aku dapat dari merantau, kemandirian, sosialisasi, persaingan. Semua itu adalah asam manies perjalanan hidupku, dan semoga kasus PHK ini brakhir dengan baik.
makan bareng (ngaliwet) 


Postingan ini di ikut sertakan Giveaway Gendu-gendu rasa perantau
 

9 Feb 2013 | By: Unknown

Adik Ku Sayang

        
Ahmad Amanu

     Salah apa orang yang di lahirkan dengan kondisi cacat? Itu sempat terlintas dari pikiran ku ketika dirundung sebuah rasa sedih melihat adik yang lahir tak seperti manusia kebanyakan. Bukan aku kesal dengan sebuah takdir mu, sehingga muncul pertanyaan itu aku hanya berfikir tentang maksud tuhan menciptakan adik kandungku tak sempurna mulai dari lahir.

      Tidak pantas rasanya jika aku marah pada tuhan yang menciptakannya, "semua pasti ada hikmah dalam segala sesuatu yang terjadi dalam hidup" kata itu mungkin yang tepat untuk jawaban rasa sedih ku melihat adik, dan entah kenapa belakangan ini aku  merasa kangen padahal baru dua minggu aku meninggalkan rumah untuk melihat kehidupan di luar lingkup kampung yang aku tinggali.

      Hampir dua puluh tahun kau menyandang ketidak sempurnaan fisik, jika aku dalam keadaan mu mungkin aku tak bisa berjalan dalam dunia yang  keras apalagi ketika tubuh kejang tak terkendali saat kau penat dan lelah setelah seharian beraktifitas. Tapi Tuhan bukan tak adil dalam dunia ini oleh sebab itu tuhan tak hanya menciptakan fisik mu tak sempurna, mental mu juga dibuat keterbelakangan yang membuat  perkembangan fikirmu tak sesuai dengan usia.

     Sekali lagi tuhan bukan tak adil adik ku, tuhan menciptakan ketidak sempurnaan fisik dan mental mu karna tuhan ingin kau tak sakit hati dengan ejekan teman yang masih belum mengerti sebuah hidup. Apa kamu mengerti kalau kamu sangat di cintai karna ketidak sempurnaan? sebuah kekurangan yang kemudian menjadi keistimewaan sebab senyum dalam keseharian mu sangat berarti buat keluarga, keluarga selalu berusaha agar senyum itu tak menjadi air mata yang keluar dari mata kecil sedikit tertutup daging itu.

     Semua sayang padamu, semua ingin membuat mu selalu bahagia dan tak ingin tubuh mu kejang takterkendali seperti yang lalu-lalu saat penat ada dalam fikirmu. Satu hikmah lagi adi ku sayang kalau tuhan ingin kau tak seperti orang kebanyakan yang memikul beban hidup, berfikir tentang sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi, bahkan tak sedikit yang gantung diri untuk mengahiri semuanya bebannya. Tidak hanya itu ada juga yang bingung hingga gila dan berbicara sendiri sepanjang jalan yang ia lalui tertawa lepas seolah kita yang gila menurutnya, gila karna terus menerus mencari bekal duniawi. Tuhan sangat sayang pada mu, aku sekarang kangen dengan kata CAK yang  kau ucap ketika lagi duduk santai di samping rumah sambil menunggu emak pulang dari berjualan.

     Adik ku sayang, mungkin sekarang di rumah bisa melihat bintang yang berkelip-kelip seolah berkedip genit pada kita. yasudahlah hari sudah semakin larut dalam gelap semoga kau terlelap dan nikamati kesempurnaan dimimpi mu, aku janji akan bawa oleh-oleh jika pulang nanti..:)










7 Feb 2013 | By: Unknown

Langkah ku di Karawang

          Perjalanan aku sanpai di kota pangkal perjuangan (karawang), kota ini punya segudag sejarah mulai dari ketika masa kerajaan hingga masa kemerdekaan. Masih aku ingat ketika masa SD dulu saat pak.Hadi guru kelas 5 menceritakan tentang sejarah golongan muda dan golongan tua yag berselisih tentang proklamasi  kemerdekaan yang harus segera di laksanankan, dicerita itu pak.Hadi menyebut kota Rengasdengklok.

           Berawal dari cerita seorang guru, aku ingin lebih dekat dan sedikit tapak tilas, perjalanan aku mulai dari jln.Niaga tempat aku numpang di kos teman, kemudian menuju jln.Tugu Proklamasi yang sebelumnya lewat terminal Tanjungpura Karawang. Berada di ujung jln.Tugu Proklamasi terdapat bangunan tugu besar dengan empat bentuk tangan yang berbeda, di samping tugu proklamasi ini ada taman kecil berpagar merah dengan bentuk bambu runcing dan dinding yang bercerita tentang proklamasi lewat relief yang tertata rapi serta pada tengah tengah taman ada tugu dengan bentuk tangan mengepal bertulis 17 Agustus 1945 pada bagian bawah.

            Hendak pulang dari tugu, aku menyempatkan diri untuk menyapa kakek yang sudah sepuh di pinggir jalan dengan tenda ala kadarnya beliau bernama Sapan, kakek berusia 83 tahun ini bukan seorang pejuang karna ketika aku bertanya tentang perjuangan, kakek mengatakan saya tidak ikut perang karna menjaga orangtua sedangkan ke tujuh saudara ikut perang dan semua sahid (menggunakan bahasa sunda). dari beliau aku diberi petunjuk jalan menuju rumah Djaw Kie Siong, rumah ini jadi  tempat Ir.Soekarno dan Drs.Moh Hatta di "culik" oleh pejuang golongan muda yang tergabung di PETA (pembela tanah  air).

             Sedikit flasback tentang kejadian Rengasdengklok, berawal dari kekalahan jepang di perang pasifik, ketika itu kota Hiroshima di bom atom oleh sekutu pada tanggal 6 agustus 1945 dan kota nagasaki pada tanggal 9 agustus 1945. Kemudian pada tanggal 15 agustus 1945 sekutu mengumumkan kekalahan jepang tanpa syarat dan berita tersebuat terdengar oleh para pemuda melalui radio di jakarta. Kejadian tersebut mengakibatkan kekosongan kekuasaan terhadap indonesia karna pasukan sekutu belum datang di indonesia untuk menggantikan jepang.

             Kekosongan itu mengakibatkan konflik di golongan muda dan golongan tua  tentang kemerdekaan, golongan muda ingin proklamasi segera di kumandangkan sedangkan golongan tua menginginkan kemerdekaan melalui prosedur dan dirapatkan terlebih dahulu dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Golongan  muda yang menganggap golongan tua terpengaruh oleh jepang, setelah rapat di jakarta tanggal 15 agustus 1945 jam 20:00 wib. Golongan muda kemudian rapat sendiri opada jam 24:00 wib di jln.cikini jakarta yang menghasilkan keputusan untuk menculik Ir.soekarno, Drs.moh hatta pada jam 04:00 wib tanggal 16 agustus 1945 ke Rengasdengklok yang di pimpin oleh Shodancho Singgih.

            Tujuan dari aksi itu supaya Soekarno dan Hatta agar tidak terpengaruh oleh jepang (janji memerdekakan Indonesia sebagai hadiah) dan segera memproklamasikan kemerdekaan indonesia terlepas dari ikatan jepang. Saat itu di Rengasdengklok sendiri  Soekarno dan Hatta ditempatkan di rumah Djaw Kie Siong. Menanggapi hal ini para pimpinan golongan tua terpanggil dan mau untuk segera pemproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Utuk itu Soekarno dan Hatta harus di bawa ke jakarta, Ahmad Subadjo memimpin rombongan untuk menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok yang tiba pada tangggal 16 Agustus 1945 jam 17:30  wib, Subadjo meyakinkan golongan muda bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada tanggal 17 agustus 1945 paling lambat jam 12:00 wib. Supaya golongan muda yakin Subadjo menaruhakan nyawanya jika proklamasi tidak dilaksanan pada waktu tersebut.

            Itu sedikit cerita tentang pristiwa Rengasdengklok, rasa penasaran dengan Rengasdengklok terobati juga dengan aku bisa melihat rumah yang di pakai untuk rapat tentang kemerdekaan meski bukan tempat perumusan teks proklamasi karna teks proklamasi di tulis oleh Sayuti melik di rumah Laksamana muda maeda, aku cukup nyaman berada di rumah yang sekarang beralamatkan jln.perjuanga No.41 RT.001 RW.09 Desa.rengasdengklok utara kec.rengasdengklok kab.karawang.


Tugu proklamasi




31 Jan 2013 | By: Unknown

Langkah ku di magelang

            Magelang, ini adalah kota tujuan aku setelah kota jogja karna di magelang sudah ada teman lama di dunia maya yang baru akan aku temui, sebelumnya sudah komunikasi dan sepakat ketemu di terminal Muntilan atau terminal Drs.Prajitno, terminal ini diresmikan tanggal 19 agustus 1989 oleh bupati magelang Mohammad Solihin, wah jadi tersanjung karna nama bupatinya sama dengan nama aku...hehe :)
Sesampai di termial jam 12:00 wib, berteatan Zaik (teman aku) sudah sedang istirahat kerja yang lansung menjemput dan kembali ketempat kerja. Tak mau mengganggu zaik, aku beragkat ke borobudur yang tak jauh dari tempat zaik bekerja sambil menunggu jam pulang kerja zaik.

          Kali ini kedua kali aku menginjakan kaki di candi borobudur yang sebelumnya aku besama teman kerja dua thun yang lalu, menurut sejarah nama candi borobudur berasal dari gabungan kata Boro dan Budur, Boro berasal dari kata Sangsekerta berarti “ Vihara” yang berarti komplek Candi dan Bihara atau juga asrama ( Menurut Purwacaraka Dan Stuten Herm ) sedangkan Budur dalam bahasa Bali “ Bedudur” yang artinya di Atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau bahasa ( Komplek Candi ) yang terletak di atas bukit.Candi yang dibangun sekitar tahun 800 sebelum masehi atau abad ke 9 ini dibangun pada masa kejayaan dinasti dinasti yang dimana saat itu dibangun oleh pengikut Buddha Mahayana.

           Kemegahan candi borobudr membuat aku takjub akan orang-orang yang bisa membangun bangunan sebesar dan megah padahal kita tahu pada jaman itu belum ada alat berat yang bisa memindahkan batu besar dengan mudah seperti sekarang meski aku lebih takjub dengan bangunan candi prambanan ang menjulang tinggi. Sebelum memasuki candi borobudur aku di sajikan dengan candi mendut, candi ini memang tidak sebesar dan semegah candi borobudur tetapi candi mendut jelas berumur lebih tua dan dianggap bertuah oleh sebagian orang, candi bercorak buddha ini dibangun oleh Raja Indra dari wangsa Syailendra dan lokasinya berada di posisi paling timur garis lurus utara ke selatan dari tiga rangkaian percandian di kawasan mungkid, yaitu borobudur, pawon, dan mendut.

           Sepulang aku dari candi borobudur terlihat turis asing berjalan dari rumah ke rumah dengan wajah bingung dan sesekali melihat jam di tangan kanannya, sembari berjalan aku sedikit mendekat karna ingin tahu apa yang dia lakukan. Tak lama kemudian dia memanggil saat aku mendahuluinya, aku tak begitu paham dengan bahasa yang digunakan, dia menggunaan tiga bahasa kadang inggris,mandarin dan sedikt indonesia sambil memperlihatkan HP yang dia pegang. Aku mungkin dia sedang menawarkan HP itu pada ku (dalam pikiranku), kemudian aku sambut dengan "how much?" dia mengacungkan tangan telunjuk dan lima jarinya (1,5 juta).

           Kondisi aku yang pas-pasan aku mengetik di layar HP (Hand Phone) terebut dengan angka 500 karna kami hanya bisa berbahasa lewat simbol dan gerakan, turis kemudian bekata up..up..up degan menggerakan kedua tagannya yang kemudian mengetik angka 700 aku hanya geleng-geleng karna tak ada uang itu saja hitung-hitung membantu. Setelah melihat kembal jam tangan dia berucap dengan nada pelan dan belibet "thirty minutes the plane take off " lalu menerima tawaran dan kemudian bergegas naik taxi.

            Aku yang tak begitu mengikuti perkembangan gadget langsung memuskan ke dalam tas kecil, sesampai tempat zaik baru aku lihat tipe sambil mencari harga di mbah google tak di sangka HP itu bernlai 3.5 juta sontak aku kaget dan senang dan mudamudahan turis yang tadi tidak ketinggalan pesawat, entah kenapa dia menjual HP miliknya aku berangapan dia kecopetan.Ya, mungkin ini keberuntunga aku atau aku salah ambil keputusan, yang jelas aku sekarang harus lebih hemat akibat kejadian itu.

Kembali ke magelang..

             Magelang kota dengan julukan kota sejuta bunga, hal itu tertulis pada papan di atas tower milik PDAM (Prusahaan Daerah Air Minum) yang ada di alun-alun kota, di alun-alun kota magelang juga ada patung pahlawan menunggangi kuda putih dan mengenakan jubah menunjuk kearah jalan raya dengan gagahnya, seperti monument yang lain pada marmer di dekat patung terukir nama Pangeran Diponegoro. patung pahlawan ini adalah salah satu icon kota magelang dan ada yang unik di kota ini tentang tata kota yang berbeda dengan kota lain, yaitu pusat pemeritahan daerah ulai dari kantor bupati hingga polres berada jauh dari perkotaan (alun-alun), itu aku sadari ketika beranjak dari kota magelang untuk menuju ke kota wonosobo yang melewati komplek perkantoran pemerintah daerah. Ini seklumit cerita tentang langah ku di magelang (kota sejuta bunga).


Magelang
           
Borobudur

Puncak Borobudur





# info sejarah candi borobudur & candi mendut dari http://yogyes.com
29 Jan 2013 | By: Unknown

menelusuri kota jogja dan mendengar cerita




         Jogja begitu orang memangil kota ini, kota dengan julukan kota pelajar dengan seni dan budaya jawa yang masih terjaga dengan baik, keramah tamahan orang jogja begitu memikat untuk aku meginjakan kaki serta melihat budaya jawa. Ya, saya sendiri juga orang jawa yang ingin tahu keraton sambil bertamasya di jogja, aku sampai di jogja senin jam 23:19 di terminal jogja yang peletakan batu pertamanya tahun 2002. kaki langsung aku langkahkan ke arah malioboro untuk sekedar cari jahe susu dan nasi kucing, penawaran jasa ojek dari pak.sarto mengurungkan aku untuk berjalan karna jarak  yang di tempuh begitu jauh, sesampainya di malioboro aku langsung makan nasi kucing makannan yang  jadi ciri khas orang jogja.

          Nasi kucing ialah nasi dengan menu yang sederhana dan murah pastinya, lanjut aku ke penginapan dekat tempat saya menyantap nasi kucing dengan harga yang bisa dibilang pas untuk kantong backpacker seperti aku ini. Semua aku rencanakan setelah sampai di kamar penginapan mulai dari tempat dan efisiensi waktu tempuh, maklum aku hanya di jogja satu hari saja jadi aku harus pintar bagi waktu ketempat yang akan aku tuju, banyak sebenarnya tujuan wisata tapi jarak tempuh yang begitu jauh dari kota  mengurungkan niat untuk kesana, hanya wisata kota saja yang aku kunjungi serta mencari ilmu dari yang aku tuju.

            Hari telah pagi satelah semalaman aku merencanakan tempat dan mengambil keraton,tugu,benteng vrendeburg,malioboro, dan musium kreta kencana. karna hanya wisata itu saja yang berada di dalam kota jogjakarta, jam 10:00 aku memulai semuanya dengan tas carrier berisi baju ganti aku melangkah ke keraton yang gak begitu jauh dari tempat aku menginap, jarak tempuh yang berkisar 3 KM membuat perjalanan tersa ringan karna di jalan aku dibarengai carut marutnya kota disisi lalulintasnya.
 
        Sesampai di keraton jogja aku bertemu bapak.Budi beliau adalah guide di kraton jogjakarta, banyak ilmu aku dapat dari beliau yang sudah 30 tahun lebih di keraton dan usia beliau sudah menganjak 63 tahun. Beliau bercerita tentang keraton dari aku masuk di bangsal pagelaran, bangsal dimana tempat tertunjukan tari dan beragam seni ditampilkan disini yang ada 4 kali dalam 1 tahun, terakhir kemarin saat menggelar acara maulid nabi. sisi kanan dan kiri adalah bangsal pandengan untuk sri sultan melihat geladi resik dan persiapan-persiapan. Kemudian berjalan di sisi sebelah timur ada patung-patung yang berpakaian lengkap ala prajurit kraton dan para abdi dalem, ini disebut tempat peragaan busana, ada dua tempat peragaan busana di keraton selain untuk perajurit ada pula peragaan busana tetesan,sunatan, dan pondongan di satu tempat yang ada disebelah barat.

          Cerita p.budi tidak sampai disitu saja, kami kemudian berjalan ke bangsal siti inggil yang artinya siti adalah tanah dan inggil adalah tinggi, itu karna ini kedaton/tempat srisultan bertempat untuk menemui rakyatnya. Memasuki gerbang ada dua patung yang duduk di sisi kanan dan kiri (bangsal pacikran), patung ini berbeda padahal semula aku anggap sama, p.budi bercerita kedua patung ini adalah algojo keraton jogjakarta, di sebelah kanan adalah patung singo menggolo yang bertugas memotong leher tahanan yang dinyatakan bersalah sedangkan patung yang punya cirikhas kumis ini bernama marto mulud, tugasnya memotong tangan bagi siapa yang dinyatakan bersalah telah mencuri.


         Menaiki tangga menuju siti ingil ada tempat yang disebut bangsal carub agung, bangsal ini dahulu berfungsi untuk pemberitahu rakyat tentang kebijakan yang diambil srisultan, suara yang dilucapkan dengan lantang akan menggema ditempat ini dan terdengar hingga alun-alun yang berjarak 200 meter, dari tempat ini kita bisa melihat garis lurus jalan malioboro hingga gunung merapi. Di pintu masuk bertuliskan sampean dalem ingkang sinuwun hamungkubuono engkang delapan dengan aksara jawa yang timbul di atas tembok pintu masuk dan gambar bintang pada langit-langit yang punya sudut delapan, ini untuk menghormati sri sultan yang ke delapan karna beliau yang mengubah keraton, dari tiang penyangga yang semula adalah bambu diganti dengan tiang cor yang punya relif tiga agama, hijau untuk islam, teratai merah muda untuk budha, dan biru untuk hindu.


         Pada bagian siti inggil ada dua bangsal  lagi yakni bangsal kori, bangsal ini untuk tempat para rakyat menunggu panggilan dari sri sultan untuk menceritakan keluh kesah dan masalahnya. kami kemudian berkeliling siti inggil yang disini ada cikal bakal universitas gajah mada, ada empat bangunan di sisi siti inggil yang berfungsi sebagai universitas gajah mada dari tahun 1765-1985 kemudian di pindah ke bulak sumur yang masih tanah kraton.

          Di akhir perjalanan p.budi menambahkan kalau jumlah bringin, tiang penyangga di siti inggil dan bangsal pagelaran memiliki jumlah yang sama yaitu 63 buah, di adopsi dari usia nabi Muhammad SAW. ada pertanyaan yang saya ajukan pada p.budi tentang sri sultan hamungkubuono ke III yang berpakaian beda dari sri sultan yang lain, pada lukisan yang terpampang beliau menggunakan pakaian ala belanda, pak.budi menjelaskan kalau keraton jogja adalah adik dari keraton solo dimana dulu solo tidak mau dengan adanya belanda dan kemudian membabat alas bringin membuat keraton sendiri yaitu kraton jogja.

          Aku di antar ke musium kreta kencana disini saya diperkenalkan oleh p.agus beliau juga guide di musium ini, beliau bercerita tentang berbagai perlengkapan prajurit, lambang yang berbeda dari sri sultan I sampai VIII kemudian berganti yang sekarang kita banyak ketahui itu, dan kegunaan kreta  yang ada di musium, rata-rata kreta buatan belanda tapi ada juga kreta yang di buat jerman dan jogja, salah satunya kreta ambulan/kreta jenazah yang bernama kreta roto prayugo dibuat tahun 1938 kreta ini hanya dukali dipakai saat sri sultan meninggal yakni sri sultan ke VIII, dan sri sultan ke IX. Kreta-kreta di musium ini ada pula yang masih berfungsi salah satunya kreta yang paling megah dan isimewah yang disebut kreta kencana, dari kreta yang ada bisa di simpulkan memang benar dulu kalau jogja mengakui belanda.

          Perjalanan keraton saya sudahi mengambil cerita dari kata perkata yang di ceritakan oleh guide yang saya temui, kemudian aku berjalan ke benteng dan malioboro sedikit yang saya ketahui dari benteng vredeburg ini karna tak ada guide yang memberi cerita hanya dua patung yang  saya lihat berdiri kokoh di halaman dalam benteng, yaitu patung pahlawan JENDRAL SOEDIRMAN disisi kiri dan pahlawan LETJEN OERIP SOEMOHARDJO di sisi kanan. serta ada tiga meriam yang ada di taman benteng. kemudian aku berjalan di malioboro jalan yang tak pernah mati dari kesibukan masyarakat, ada beberapa pagelaran musik jalanan mewarnai jalan malioboro serta angkringan dan parkiran yang penuh dengan motor.

Hem....aku masih beta di jogja,dan aku putuskan untuk bermalam sehari lagi mumpung teman dari bandung juga ada di jogja sebelum aku lanjut ke kota magelang esok hari.