29 Apr 2013 | By: Unknown

Dompet

     Sepertinya kau bosan denganku, karna setiap saat kau selalu ada di saku blakang dan kadang tertindih badan kurus ini. Hampir dua tahun lamanya kau selalu menjadi wadah dimana surat-surat penting, uang, bahkan struk tagihan bulananku tersimpan rapi pada lipaatan-lipatan milikmu. Ngomong-ngomong kamu sekarang dimana dompet, aku kira kemari kau masih tinggal di panaongan dan tidak ikut aku memotret suasana senja pelelangan ikan di puger, ternayata perkiraan aku salah terhadapmu.

     Mungkin kau sudah pindah tangan, menemukan majikan baru untuk dijadikan wadah uang dan lain sebagainya, atau kau ada direrimbunan semak pinggir jalan? entahlah yang jelas aku kehilanganmu dan isinya. Disini aku masih bingung untuk mengurus surat kehilanganmu, mendatangai markas polisi untuk mendapat surat keterangan kehilangan, karna beberapa surat masih melekat padamu. Aku berharap nanti ketika aku mengurut surat kehilanganmu birokrasi di kota kecil Jember ini tak berbelit-belit dengan berbagai alasan yang ujung-ujungnya duit.

     Oh iya. Ada satu lagi yang mengganjal dalam hati ini saat pengurusan surat itu, jika nanti aku harus meminta keterangan dari desa tempat aku tinggal. Sepengalamanku tak ada yang gratis disana, semua membutuhkan uang dan satu lagi yang paling aku kenang hingga saat ini, ketika itu aku mengurusi SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) yang harus dimulai dari desa setempat. Surat keterangan sudah diketik dengan mesin ketik bukan komputer, semua lengkap dengan identitasku dan cap desa namun itu saja tak cukup harus ada tanda tangan kepala desa.

     Benar-benar menjengkelkan, aku harus datang kerumah kepala desa demi coretan pena sang petinggi desa. Padahal hari itu masih hari kerja, hadech...kenapa birokrasi di tempatku seperti ini, pelayanan dikesampingkan setelah tahta sudah diraih dan lupa akan janji disaat kampanye dulu. Sudahlah tak ada habisnya jika mengomentari sebuah carut-marut birokrasi disuatu tempat. Berdoa saja kalau benar terjadi aku harus meminta keterangan dari desa agar lancar dan tak berbelit, bukan apa setelah pengalaman itu aku malas bersinggungan dengan birokrat-birokrat desaku, ditambah lagi istri dari pemimpin desa sebentar lagi harus bersaing untuk menduduki kursi kepala desa yang sekarang masih diduduki suaminya.

      Pastinya kesibukan kepala desaku bertambah, disisilain menjadi kades dan sisi satunya harus mengatur strategi agar kursi kepala desa tetap di keluarganya setelah periode kedua ini. Moga saja di masa akhir jabatan menjadi kepala desa beliau tak mengabaikan pelayanan untuk masyarakatnya, agar pengurusan surat kehilangan dompet milikku tak menjadi hal yang membuat naik darah.

2 komentar:

Poetri mengatakan...

maaaas , turut berduka cita mas :(
gk nyangka saat itu adalah pertemuanku untuk pertama dan terakhir kalinya dengan dompetmu mas #alaysitik :D

Unknown mengatakan...

iya dompet item yang menawan :)

Posting Komentar