13 Okt 2015 | By: Unknown

Kelas Inspirasi Gresik 3

Foto Pribadi
Kelas Inspirasi Gresik membawa saya beserta istri dan kawan yang lain ke SDN Jogodalu untuk menginspirasi adek-adek sekolah dasar. Tentu, saya sebagai dokumentator yang bertugas memotret kegiatan sedari awal hingga akhir.

Berawal dari ajakan istri, saya ikut dalam gerakan ini di Gresik, Ovi menginginkan kegiatan sosial yang dilakukan bareng-bareng. Tentu saya langsung setuju meski ada perdebatan kecil malam itu sebelum kemudian kami sepakat untuk ikut di Kelas Inspirasi Gresik.

Tim kami berjumlah sepuluh orang, terdiri dari 5 Fasilitator, 2 Dokumentator, dan 3 Inspirator.

Mas Arif yang saat itu juga menjadi Dokumentator berbaik hati menyewa mobil untuk kami bisa berangkat bersama di lokasi, mobil berangkat pukul 06:00 wib dari Masjid Agung Gresik. Saya, Ovi, Mbak Neser, Mas Adit, Mbak Mita, Mbak Zoya menumpang mobil yang dikemudikan oleh mas Arif. Sedangkan Mas Herman dan Mbak Intan menyusul kami dengan membawa mobil sendiri karena masih ada persiapan yang belum beres. Sedangkang mas Bagus membawa motor dan berangkat sendiri karena jarak dari sekolah lebih dekat. Kami semua berangkat dengan semangat Inspirasi, berharap kami menjadi tim inspirasi yang menghibur serta menjadi motivasi bagi adek-adek SDN Jogodalu.

Perjalanan kami tempuh kurang dari 1 jam. Jogodalu terletak di sisi barat masuk administrasi Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik.

Kami datang dengan waktu yang pas, murid-murid belum sepenuhnya datang dan para guru juga belum semua datang, sehingga kami masih bisa beres-beres apa yang kami perlukan sebelum upacara bendera hari senin dilaksanakan. Saya berjalan dari kelas ke kelas untuk melihat adek-adek yang sedang melaksanakan piket harian. Ada yang sedang duduk-duduk bergerombol untuk berbincang-bincang, dan ada pula yang menatap saya dengan penuh tanda tanya saat saya memotret aktifitas mereka dipagi hari.

Mengingatkan saya pada beberapa tahun belakang saat saya masih duduk dikelas sekolah dasar, ini seperti nostalgia masa SD.

Bangunan sekolah dasar disini cukup baik, namun masih kekurangan kelas. Perpustakaan di pojok sekolah menjadi alternatif ruang kelas untuk kelas 3. Bangku sekolah juga masih kurang memadai disini, kelas 3 yang memanfaatkan ruang perpustakaan harus rela duduk di lantai kramik yang dingin saat pelajaran berlangsung, sebab hanya ada bangku belajar kecil yang disediakan oleh sekolah. Sedangkan kelas-kelas yang lain bangku yang sudah terlihat reot dan usang masih digunakan untuk belajar. Sepertinya Pihak sekolah masih berbenah untuk mengatasi ini, memperkokoh bangunan terlebih dahulu sebelum fasilitas yang lain dipenuhi.

Foto Pribadi
Upacara dimulai tepat pukul 07:00wib semua berbaris sesuai kelompoknya masing-masing. Hingga pada saatnya Kami dari Kelas Inspirasi Gresik diperkenalkan oleh Ibu.Maskurotul Hidayah yang menjabat sebagai Kepala Sekolah disaat memberikan pidato. Semua bergembira hari ini, karena dikosongkan jadwal pelajaran formalnya dan diisi oleh kami. Kami memperkenalkan diri sebagai Kakak bukan sebagai Ibu atau Bapak agar kami bisa cepat diterima dan lebih bersahabat.

Selesai upacara para fasilitator mengumpulkan adek-adek ke lapangan sekolah untuk melakukan perkenalan dengan cara yang unik dan membuat semua bibir mengembang dengan sumringah. Mbak Intan memperkenalkan kami secara urut satu persatu hingga kemudian membuat jargon.

Semua berteriak HU...HA.... ketika kami mengatakan SDN Jogodalu.

Suara itu lantang, memecah kesunyian disekitar sekolah yang begitu luas terbentang sawah dan tambak ikan milik warga. Terang saja lantang karena ini diteriakkan oleh semua murid dari kelas 1 hingga kelas 6.

Diakhir perkenalan mbak Intan membagi adek-adek menjadi tiga kelompok.
kelompok pertama kelas 1 dan 2 diisi oleh mas Adit yang berprofesi sebagai Arsitek
Kelompok kedua kelas 3 dan 4 diisi oleh mbak Neser yang berprofesi sebagai Peneliti
kelompok ketiga kelas 5 dan 6 diisi oleh mas Herman yang seorang Pengusaha
Semua mendapatkan porsi yang sama dan bergiliran dengan waktu selama 40 menit tatap muka.

Foto Pribadi
Sepengamatan saya semua berjalan dengan lancar, semua tersenyum dan bahagia mengikuti topik yang dibawakan oleh Inspirator, Adek-adek diajak mengenal campuran warna oleh mas Adit hingga membentuk warna baru dari campuran warna tersebut, bagitu pula dengan mbk Neser yang mengajak adek-adek menjadi seorang peneliti cilik, mulai dari mengenal sekitar hingga menghiting berapa banyak pohon dan sepeda yang sedang di parkir di halaman pojok barat sekolah.

Sedikit berdeda dengan kedua Inspirator, mas Herman yang berlatar belakang sebagai pengusaha muda memberikan motifasi sederhana yang bisa dicerna oleh usia dini, dan memberikan hiburan berupa joget bareng untuk mencairkan suasana.

kelompok ketiga adalah kelompok yang membuat kedua inspirator gemes serta jengkel, bagaimana tidak. Di kelompok ini para adek laki-laki begitu susah diajak mengikuti arahan Inspirator, semua berteriak "Pulang....Pulang...Pulang" mbak Neser yang sedang mendapat giliran memperlihatkan wajah kusutnya, entah apa yang sedang ia pikirkan, yang jelas dia tampak tak sanggup berbuat banyak untuk mengatasi suasana seperti itu.

Aku datang, dan adek-adek memberikan kesepakatan, jika di foto meraka baru mau untuk kembali mengikuti acara. Ya sudahlah, aku mengikuti kesepakatan itu dengan memotretnya hingga kemudian acara kembali berjalan, walau kemudian mereka kembali melakukan mogok.

Hehehehe..... Sepertinya ini adalah tantangan seorang Inspirator.

Saat terik matahari sudah bergeser tepat diatas kepala kami memberikan stiker dengan gambar berbagai profesi yang diberikan tempat untuk menuliskan nama serta cita-cita yang kemudian diterbangkan dengan balon helium yang sudah mas Bagus sediakan. Ya. Kami memberikan itu untuk adek-adek menuliskan cita-citanya, dengan harapan cita-cita itu terkabul menjadi kenyataan.

Seorang anak yang cukup bandel dikelompok tiga memberi inspirasi kepada kami, setidaknya ini menjadi sebuah renungan bagi kita semua. Mas Herman yang meminta menyebutkan apa cita-citanya dia dengan lantang ingin menjadi seorang petani. Ya. Petani. Dengan santai dia memberikan alasannya kenapa menjadi seorang petani, "Pengen jadi petani karena ingin punya beras yang banyak" Simpel memang, tapi ini cukup membuat kita dan saya khususnya bercermin dengan apa yang terjadi saat ini.

Ketika banyak petani menyekolahkan anak-anaknya hingga menempuh perguruan tinggi sampai rela menjual sebagian lahannya, dengan harapan agar anaknya menjadi seoarang pegawai negeri atau profesi lain selain petani. Kita tidak sadar jika generasi sebagai petani harus tumbuh berkembang dengan sukses dan mandiri, agar kita sebagai bangsa ageraris bisa swasembada pangan dan tidak lagi impor bahan pangan.

Menjadi seorang petani bukanlah hal yang buruk bagi negeri ini, justru kita butuh petani. Menyusutnya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi perumahan karena faktor banyaknya generasi kita tidak ingin menjalani profesi sebagai petani. Pemikiran yang polos tersebut menjadikan saya banyak berfikir dan ingin cepat-cepat menuliskan ini sebagai bahan untuk pembaca yang mungkin juga ikut menjadi Inspirator, kalau menjadi seorang petani adalah profesi yang harus didoroang kuat dan itu adalah profesi yang mulia.

Kami semua berangkat dengan semangat menginspirasi dan pulang dengan terinsirasi. Kegiatan ini begitu banyak memberikan kami manfaat, semoga kami juga bermanfaat bagi adek-adek SDN Jogodalu.

Diakhir acara kami berfoto bersama dan melepas balon dengan sorak kegembiraan, semoga semua sukses dan manjadi manusia-manusia yang bermanfaan bagi sekitar dan bangsa maupun negara.

#SalamInspirasi








*Semua foto yang dimuat dihalaman ini adalah dokumentasi kegiatan milik pribadi

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Hi Vijey, Long time no see my bro, I like your article, what a nice post.

Kapan kita traveling lagi? :D

Unknown mengatakan...

Hallo juga :)
Sepertinya tahun depan dibulan 3 ada tempat menarik yang harus kamu junjungi disini. Di Gresik. :)

Posting Komentar