30 Okt 2013 | By: Unknown

Fitri Apriyani

doc: pribadi......Fitri Apriyani
     Hallo fitri gimana kabar kamu sekarang? apa masih dengan jaket kunig hitam yang aku lihat pertamakali di ijen saat aku mengenalmu. Kala itu mataku masih merah karna asap belerang dan tak tidur semalaman demi melihat keagungan sang pencipta yang ditorehkan lewat api biru Ijen. Pagi yang masih dini itu aku berjalan menyusuri anak tangga dengan asap belerang yang begitu pekat. Senter anti kabut punyaku tak bisa menembus, hingga beberapa kali aku harus masuk kejalan yang salah.

     Malam yang melelahkan, saat aku sudah berada dibawah. Dekat dengan sumber api biru dimana penambang belerang menggunakan linggis untuk mengambail belerang yang sudah siap ditambang. Mata ini perih, tenggorokaku juga tersa sangat kering dan susah bernafas. Setelah sekian menit aku berada dibawah lalu berjalan kembali menuju puncak gunung ijen, aku diberitahu sama mas.Daniel yang mengatakan rombongan dari Surabaya juga diIjen saat ini.

     Kelelahanku masih belum mengalahkan rasa penasaran tentang belerang dengan cetakan-cetakan kecil nan imut itu. Beberapa kali kamera ini aku arahkan kesudut belerang dan memotretmu tanpa disengaja. Aku kira kau bukan rombongan dari Surabaya itu sebab kau tak nampak bareng dengan lelaki berjaket ala anak motor itu. Iya, agus bolang.

     Pesta pendakian Ijenpun selesai dan aku bersama sahabat turun begitu juga denganmu, perencanan yang tersusun rapi akan berlanjut ke Pulau Merah mulai berjalan meski waktu itu rombonganku tak beriringan berjalan dengan rombonganmu. Aku yang tak tahu jalan sama sekali menuju Pulau Merah hanya bisa manut dengan sangpunggawa jalanku, mata yang semakin redup terterpa angin membuat aku bersama teman yang lain mampir diSPBU untuk sejenak beristirahat.

     Pulau merah yang merona dengan sunsetnya menggodaku untuk memotret dan menunggu kedatangan rombonganmu. Senjapun lengser dan berganti dengan malam, disaat itu kau bersama rombongan tiba. Tanpa banyak celoteh panjang semua terpejam dengan iringan suara angin dan ombak pantai Pulau merah hingga sangsurya memancarkan warna oranye dilangit biru.

     Keinginan yang masih ingin melihat pantai lain membuat aku dan sahabat gabung dengan rombonganmu, setelah mie goreng dan minuman hangat buatanmu aku habiskan disaat itu juga aku masih gak hafal dengan namamu, yang kuhafal adalah jaket kuning itu penanda kalau kau sekarang satu rombongan denganku. Sedikit papan pengarah jalan menjadikan rombongan kami masuk pantai yang salah, saat itu baru aku maulai tau kalau kau tak banyak bicara. Sedikit lemparan senyum dan sepertinya itu sinis buatku. Ah, entahlah aku tak mau berburuk sangka dengan semua itu, yang jelas kau sekarang temanku.

     Waktu berjalan beriringan putaran jam, akupun lebih mengenal sosok mu dan menuliskan di otak kiriku nama Fitri. Ternyata mengenalmu lewat sosial media lebih tahu banyak tanpa harus bertanya langsung darimana dan siapa nama panjangmu. Kudengar kau dan teman sehobi mau ke curah macan dengan misi sosial, akupun menyambut hal itu dengan berencana kesana juga. Namun aku hanya sebagai pemandu sorak untuk meramaikan suasana, dan disitu baru aku mengenal sosok aslimu, ya dengan sapaan riang menyebut nama "vj......" dalam suasana surup, Teguran itu sontak membuat aku kaget "lho kok gak pendiam lagi nie orang".

      Hem.... Mau nulis apa lagi ini, ya sudahlah aku akhiri saja meski tak ketemu inti dari tulisan ini apa, karna aku bukan sastrawan atau pujangga yang pandai merangkai kata. Asek....

Kalau Nikah jangan lupa Undang-Undang aku ya FIT :)

2 komentar:

RZ Hakim mengatakan...

Essih.. essip tulisane :)

Salam kenal gawe Fitri si jaket kuning..

Unknown mengatakan...

nantik tak kenalno :)

Posting Komentar