28 Jan 2014 | By: Unknown

Pakde Datang


Foto: Vj Lie
      Sore kemarin ketika aku baru bangun tidur mendadak ingin tahu perkembangan terkini tentang saudara yang datang dari Joga pagi tadi, Pak. Dadi Wiryawan namanya, biasa aku panggil Pakde. Lewat jejaraing sosial Face Book (FB), aku mengenal beliau beberapa minggu yang lalu. Mbak Ana mengirim pesan di FB kalau Pakde sedang ngopi dengannya di Cafee Gumitir, namun pesan mbk Ana sudah 6 jam yang lalu dan baru sempat aku buka. Mbak Ana juga berpesan kalau nanti tidak ada acara kancani Pakde. 

      Sesaat setelah membaca pesan, aku sms mbk Ana untuk bertanya tentang Pakde yang katanya sedang menginap disalah satu hotel yang ada di Jember. Selang beberapa saat, aku berangkat menjumpai Pakde di kamar 105. Ketika Pakde membuka pintu dan menyapaku sembari bersalaman, aku terasa tidak asing bertemu dengan beliau, padahal aku ketemu Pakde kali pertama ini, namun pertemuan itu tersa sudah akrab seperti aku ngobrol dengan sahabat yang beberapa kali ketemu. Sosok beliau yang ramah menjadikan aku nyaman mengawali obrolan ringan tentang Jember dan tadi pagi pade sudah kemana saja. Obrolan itu saja menjadi pembuka pertemuan kami. 

       Kemudian Kami beranjak dari kamar 105, Hotel Asri. Kami kumlaku diseputaran kota Jember sembari menunggu senja berganti malam. Pasar Tanjung tempat pertama yang kami tuju, mengenalkan pasar yang tidak pernah tidur sepanjang hari, lalu berlanjut ke 0 KM Jember. Di 0 KM aku memberitahu Masjid Lama kota Jember yang sekarang menjadi yayasan, dan kemudian di Kantor Pemda. Aku mengenalkan pada Pakde tentang sosok yang berdiri tegap menghadap alun-alun kota. 

        Ya. Itu patung Letnan Kolonel M. Sroedji. "Beliau pahlawan kota Jember Pakde" kata ku. Kemudian kami masuk ke halam untuk sekedar foto dan berfoto bersama Pahlawan kota kecil Jember. Gerimis turun, aku dan Pakde berjalan menuju tenda bekas car free day tadi pagi sembari menunggu gerimis reda. Jalanan yang basah dan masih mendung mengantarkan kami ke rumah Panaongan. Di sana ada Mbak Prit, Mas Bro dan Mbak Indah. Dapur menjadi tempat kami bercengkramah, ngobrol tentang hal ringan dengan seduhan kopi panas buatan mbak Prit menjadi pendamping celotehan kami berlima. Tak tersa senja sudah berganti malam dan obrolan kamipun pindah tempat ke ruangan depan. 

Foto : Vj Lie
       Obrolan kami di ruangan depan disudahi ketika Buter tiba, dan kami ke acara rutin yang setiap minggu malam diadakan. Acara Cangkrukan Lewat Botol Kosong (CLBK) On Air di Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 1 Jember, di sana kami sudah di tunggu mbak Etty yang setia menjadi pembawa acara ini dan Putri (kawan/adek) yang baru tiba dari Malang . Pakde kami ajak di acara tersebut menjadi tamu begitupun dengan mbak Indah yang dari Surabaya. Cangkrukan menjadikan kami lebih akrab mengenal sosok Pakde begitupun dengan Aku yang baru tadi sore bertemu secara nyata.

       Selepas On Air, cangkrukan kami berlanjut ke ruangan santai, tak lupa kopi sebagai pendampingnya. Kali ini bukan mbak Prit yang membuatnya, tapi Rano Karno (Suami mbak Etty)...hehehe Begitu mbak Etty yang seharusnya aku panggil Bu Etty memanggilnya. Puluhan menit berlalu di ruangan itu, kami beranjak mencari makan untuk mengisi perut yang sudah bermusik patrol ria. 

       Kamipun pamit, lalu mengajak Pakde makan pecel di Gladak Kembar, meski makanan pecel ada di Jogja setidaknya beda rasa dan suasana lah, namun malam ini pecel di Gladak Kembar tidak julan. Begitu juga Mak Tempe, alternatif kedua kami juga sedang tidak jualan. Kami akhirnya menuju Kedai Gubuk, berharap ada nasi goreng disana. Namun harapan kami sirna karna hanya sisa Mie instan yang masih tersisa menjadi menu malam ini. Pagi sudah tiba dan kami bergegas pulang, aku mengantarkan Pakde kembali ke hotel kemudian aku kembali ke Panaongan. Kami menyudahi orbrolan sebab nanti ketika pukul 06:00 wib, Pakde sudah harus ke kantor Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) untuk mengikuti acara penghijauan di Andongsari, Ambulu bersama aku dan mbk Ana. 

 * Maaf Pakde, yang jauh-jauh datang dari Jogja dan singgah di Jember masih makan Mie Instan dengan telur ceplok, dan hanya suasana yang sedikit berdeda.

0 komentar:

Posting Komentar