Foto : Vj Lie |
Pagi aku berangkat dari rumah salah satu sahabat, namanya Sandi. Saat itu masih jam 05:00wib, ketika Bandung masih ditutupi kabut tipis. Kali ini aku akan menuju Jakarta dengan menumpang bus dari Cileunyi. Sepanjang jalan aku mengamati matahari terbit, beruntung aku duduk didekat kaca waktu itu. Setiap kilometer aku amatai, mulai dari sawah, jalur kereta sampai bukit-bukit yang ada di kilometer 90. Sebelum kilometer 90, tepatnya di kilometer 100-105 ada pemandanggan yang kurang enak di sisi sebrang (sisi kiri).
Pemandangan yang kurang enak itu adalah coakan besar akibat penambanggan bukit. Besar dan memang sangat besar bahkan truk 250PS terlihat kecil dari coakan itu. Sudahlah aku lanjutkan lagi cerita yang sampai kilometer 90, kilometer yang terkenal angker di tol Cipularang. Kilometer 90 keatas memang terkenal dengan jalur yang rawan kecelakaan, bagaimana tidak, jalur ini begitu meliuk-liuk dengan sisi kanan dan kiri bukit tinggi. Bisa jadi ini turut sebagai penyebab terjadinya kecelakan yang terjadi di tol Cipularang.
Singkat cerita.
Aku yang tertidur di bangunkan oleh bapak separuh baya disampingku, dia memberitahuku kalau kampung rambutan telah sampai. Aku yang bergegas turun sembari melihat waktu yang aku habiskan diperjalanan tadi, ternyata tak lebih dari 3 jam. Kabar melalui SMS aku layangkan pada mas Saiful (Ipul) kalau aku telah menginjakan kaki di kampung rambutan, perut yang mulai lapar aku isi dengan membeli bubur samping trotoar, maklum tadi ketika berangkat dari tempat Sandi aku belum makan.
Beberapa menit berlalu, mas Ipul menjemputku dengan berjalan kaki. dia mengajakan aku mampir di rumah kontrakan tak jauh dari tempat aku turun dari bus, sekitar 20 menit jalan kaki. Menyempatkan ngobrol sebentar yang di lanjut berangkat ke Monas untuk kopdar kecil-kecilan sembari melihat perhelatan kerajaan sedunia.
Perjalanan menuju Monas menggunakan Bus Way dengan rute Kampung Rambutan - Pasar Senen - Harmoni - Monas, sesampai di Monas aku dan mas Ipul bertemu dengan Hesty Lestaluhu dan mbak Kiky. Celoteh yang ngalur ngidul terhenti saat acara kerajaan sedunia di mulai, meski saat itu matahari masih berada di atas kepala dengan langit yang biru kami tetap saja menyaksikan acara ini, sempet salah tempat duduk juga sebelumnya. :)
Foto : Vj Lie dan Jokowi |
Tarian-tarian dari kerajaan dari Madura menyita waktu kami berempat sampai tak sadar waktu sudah menunjukan jam 17:00 wib. Aku dan penonton lain yang duduk lesehan dikagetkan dengan berita yang beredar dari mulut kemulut, kalau orang nomor satu di Jakarta sedang duduk lesehan juga. Tidak lama dari berita itu kemudian para penonton menggruduk Pak.Joko Widodo yang biasa di sebuat Pak.Jokowi.
Beliau tak jauh dari tempat dudukku, aku yang penasaran dengan sosok beliau menghampiri krumunan sembari ingin memotret. Ketika aku sudah melihat sosoknya entah kenapa aku juga ingin berfoto bareng, seperti ada magnet tersendiri yang membuat aku ingin mengabadikan moment bersama sosok yang setiap hari selalu muncul di branda facebook milikku. Butuh sedikit usaha untuk menembus krumunan orang agar bisa duduk dengan jarak terdekat.
Dikrumunan Pak.Jokowi sempat mengatakan "lho kok malah kumpul disini, saya kan mau melihat. ayo duduk bareng ngeliat ini" tuturnya. Namun tetap saja percakapan itu tidak membuat pengunjung berhenti mengarahkan kameranya untuk mengarah ke Pak.Jokowi. Begitupun dengan aku, saat setelah aku sudah bisa menembus krumunan aku meminta ijin dan meminta Pak.Jokowi untuk menghadap kamera kecil 2,0 MP milik handphone kesayangan.
Foto sudah selesai, aku kemudian pergi dengan tak lupa bersalaman. Kagetnya aku ketika salaman dengan pak.jokowi, "lho tangannya Pak.Jokowi empuk" sosok yang pekerja keras dan suka blusukan ini ternyata punya tangan yang empuk berbeda dengan cara kerjanya yang keras dan butuh pemikiran luas. Sebelumnya aku tidak ada keinginan bertemu Pak.Jokowi, yang aku inginkan malah ketemu Pak.Ahok, karena melihat sosok Pak.Ahok yang punya sikap berani membuat aku terinspirasi dengan cara mainnya. Pak.Ahok punya gaya sendiri untuk menampik dan membuat orang yang bertingkah menjadi geram dan muncul dipermukaan. Wah mulai seperti tim sukses saja aku ini.
Dikrumunan Pak.Jokowi sempat mengatakan "lho kok malah kumpul disini, saya kan mau melihat. ayo duduk bareng ngeliat ini" tuturnya. Namun tetap saja percakapan itu tidak membuat pengunjung berhenti mengarahkan kameranya untuk mengarah ke Pak.Jokowi. Begitupun dengan aku, saat setelah aku sudah bisa menembus krumunan aku meminta ijin dan meminta Pak.Jokowi untuk menghadap kamera kecil 2,0 MP milik handphone kesayangan.
Foto sudah selesai, aku kemudian pergi dengan tak lupa bersalaman. Kagetnya aku ketika salaman dengan pak.jokowi, "lho tangannya Pak.Jokowi empuk" sosok yang pekerja keras dan suka blusukan ini ternyata punya tangan yang empuk berbeda dengan cara kerjanya yang keras dan butuh pemikiran luas. Sebelumnya aku tidak ada keinginan bertemu Pak.Jokowi, yang aku inginkan malah ketemu Pak.Ahok, karena melihat sosok Pak.Ahok yang punya sikap berani membuat aku terinspirasi dengan cara mainnya. Pak.Ahok punya gaya sendiri untuk menampik dan membuat orang yang bertingkah menjadi geram dan muncul dipermukaan. Wah mulai seperti tim sukses saja aku ini.
Kembali di acara kopi darat (kopdar).
Foto : Doc pribadi keluarga mas.Alam |
Kopdar bersama teman-teman backpacker dari Jakarta berlanjut sembari nonton di Monas berjalan lancar. Tidak lama dari euforia Jokowi, mas Alam bersama keluarga kecilnya datang menemui kami yang duduk di depan panggung. Sikecil yang sedikit malu-malu memecah suasana jedah waktu pertunjukan. Celotehan kami mulai kemana-mana, dari cerita sikecil yang habis turung dari Sikunir dengan di gendong hingga ke perbincangan soal foto.
Foto : Doc pribadi mas Ipul |
Disamping Hesty ada mas ipul yang baru saja selesai mengurus panggilan alam nampak santai menanggapi godaan-demi godaan dari perempuan tua (nenek dengan gangguan jiwa), Hingga kemudian mas Ipul memutuskan pergi karena lapar. Mata hari mulai terbenam dengan mengguratkan warna orange dilangit Jakarta yang begitu cantik untuk di abadikan, senja itu berganti malam. Mbak.Kiky mulai berkemas dan pamit pulang terlebih dahulu yang kemudian disusul keluarga kecil mas.Alam juga pamit pulang.
Sekarang tinggal kami bertiga yang masih inggin menyaksikan kelanjutan acra kerajaan sedunia, taklama kemudian acara dimulai dengan pertunjukan tari dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Aku yang mulai mengantuk karena alunan gending dari Keraton Surakarta Hadiningrat kemudian menyudahi acara kopdar kami. Hesty yang langsung pulang ke rumah dan aku lanjut menginap di rumah mas ipul yang tidak jauh dari terminal Kampung Rambutan. Kopdar kali ini begitu banyak cerita dan momen tersimpan di otak kecilku. Semoga pertemanan ini tetap langgeng seperti selayaknya saudara dan bisa bertemu kembali di lain kesempatan.
#salam ransel teman-teman
#salam ransel teman-teman
Foto : Hesty dan mbak.Kiky |
11 komentar:
Pengalaman blusukan di Ibu Kota Jakarta yang mengasyikan, apalgi bisa photo bareng dengan Pak Jokowi. he,, he,, he,,,,
bener iku mas... mantab dach :)
Tangan saya juga empuk kok Mas. Walau ketak ketik Keybord terus. Hehee. Lanjutkan travelingmu, izinkan aku menonton setiap gambar yang terus dikau upload. #MewekDiPojokan.
ada aku rupanya :P
senangnyaaaa ....
tinggal menanti Om VJ sampe Parongpong nih :)
siap budey...hehehe
lain kesempatan, pasti kesana :)
ya iyalah kaka....hehehe
wez wez ojok nesu :)
Haha...sippp rek...
Salam Ransel..
Waaahhh asik tu bisa ketemu dan salam langsung ama pak Jokowi... *Kepingin*
*SaHaTaGo [Salam Hangat Tanpa Gosong] Pojok Bumi Kalibayem - Yogyakarta
Si Blogger yang Doyan Nongkrong di Tempat Karaoke he :D
Salam ransel....
hehehehe..... ada yang pengen nie. capcus jakarta aja mas bro :)
Posting Komentar