Sepertinya kau bosan denganku, karna setiap saat kau selalu ada di saku blakang dan kadang tertindih badan kurus ini. Hampir dua tahun lamanya kau selalu menjadi wadah dimana surat-surat penting, uang, bahkan struk tagihan bulananku tersimpan rapi pada lipaatan-lipatan milikmu. Ngomong-ngomong kamu sekarang dimana dompet, aku kira kemari kau masih tinggal di panaongan dan tidak ikut aku memotret suasana senja pelelangan ikan di puger, ternayata perkiraan aku salah terhadapmu.
Mungkin kau sudah pindah tangan, menemukan majikan baru untuk dijadikan wadah uang dan lain sebagainya, atau kau ada direrimbunan semak pinggir jalan? entahlah yang jelas aku kehilanganmu dan isinya. Disini aku masih bingung untuk mengurus surat kehilanganmu, mendatangai markas polisi untuk mendapat surat keterangan kehilangan, karna beberapa surat masih melekat padamu. Aku berharap nanti ketika aku mengurut surat kehilanganmu birokrasi di kota kecil Jember ini tak berbelit-belit dengan berbagai alasan yang ujung-ujungnya duit.
Oh iya. Ada satu lagi yang mengganjal dalam hati ini saat pengurusan surat itu, jika nanti aku harus meminta keterangan dari desa tempat aku tinggal. Sepengalamanku tak ada yang gratis disana, semua membutuhkan uang dan satu lagi yang paling aku kenang hingga saat ini, ketika itu aku mengurusi SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) yang harus dimulai dari desa setempat. Surat keterangan sudah diketik dengan mesin ketik bukan komputer, semua lengkap dengan identitasku dan cap desa namun itu saja tak cukup harus ada tanda tangan kepala desa.
Benar-benar menjengkelkan, aku harus datang kerumah kepala desa demi coretan pena sang petinggi desa. Padahal hari itu masih hari kerja, hadech...kenapa birokrasi di tempatku seperti ini, pelayanan dikesampingkan setelah tahta sudah diraih dan lupa akan janji disaat kampanye dulu. Sudahlah tak ada habisnya jika mengomentari sebuah carut-marut birokrasi disuatu tempat. Berdoa saja kalau benar terjadi aku harus meminta keterangan dari desa agar lancar dan tak berbelit, bukan apa setelah pengalaman itu aku malas bersinggungan dengan birokrat-birokrat desaku, ditambah lagi istri dari pemimpin desa sebentar lagi harus bersaing untuk menduduki kursi kepala desa yang sekarang masih diduduki suaminya.
Pastinya kesibukan kepala desaku bertambah, disisilain menjadi kades dan sisi satunya harus mengatur strategi agar kursi kepala desa tetap di keluarganya setelah periode kedua ini. Moga saja di masa akhir jabatan menjadi kepala desa beliau tak mengabaikan pelayanan untuk masyarakatnya, agar pengurusan surat kehilangan dompet milikku tak menjadi hal yang membuat naik darah.
PENGANGGURAN
Minggu-minggu ini paling berat dalam hidupku, aku harus memenuhi kebutuhan dan tagihan yang datang tiap bulan. Listrik, pulsa, dan iyuran yang lain, aku mulai memutar otak untuk mendapatkan penghasilan setelah status pengangguran aku sandang, mungkin kemarin aku terlalu nyaman dengan keadaan hingga lupa daratan tentang setatusku yang menggantung. Ya. Menggantung atas nama proses, proses yang berjalan ditempat semakin lama semakin memakan waktu.
Seiring perjalanan waktu, aku yang memutuskan untuk tinggal dikota asalku Jember, jauh dari proses PHK (putus hubungan kerja) yang aku jalani di Karawang. Semua itu tidak menjadikan aku tenang, aku merasa tambah bersalah dengan keadaan ini yang meninggalkan saudara, teman, dan sahabat bertarung dengan proses. Pebruari menjadi akhir dari semua cerita proses setelah sembilan bulan proses berjalan, aku memutuskan untuk keluar dari serikat pekerja dan mengambil PHK tentunya dengan banyak pertimbangan.
Tercatatan 28 Pebruari 2013 aku berubah status, dari karyawan tetap menjadi pengangguran, dari biaya brobat gratis menjadi bayar, dengan kata lain HAK aku sebagai karyawan telah gugur mulai tanggal 28 Pebruari 2013 kemarin. Berat memang, tapi ini keputusan yang sudah aku ambil walau resiko sudah menanti didepan. Aku juga tak mau lama-lama menggantungkan nasib, ini keputusan buatku tapi mungkin ada yang beranggapan ini sebuah penghianatan, aku tak mempermasalahkan sebuah sudut pandang itu, bukankah kita berada dinegara yang bebes berpendapat, ya sudahlah.
Kebingungan sudah mulai aku hadapi sekarang, aku yang harus bisa membayar tagihan-tagihan itu. Hasil keputusanku memang mendapatkan uang pengganti atas jasa kerjaku selama ini, namun kebutuhan dan kuwajiban menjadikan uang bergulir dan tersisa tak banyak, itupun harus aku relakan buat kelancaran rumah saudaraku. Mimpi kemarin sore untuk sebuah usaha harus pupus terlebih dahulu, aku sekarang harus bekerja dan menghasilkan meski sedikit yang penting menghasilkan terlebih dahulu untuk kebutuhan.
Ini baru hidup, aku bagai ditantang oleh waktu dan keperluan perut. Terkadang aku berfikir pesimis tentang diriku sendiri yang sudah malas dengan tes kerja yang harus dilalui, matematika, interview, yang berujung menggugurkan aku karna umur yang tak lagi masuk kriteria dalam karyawan baru untuk pekerjaan berijazahkan SMK.
Sempat kemarin aku aku melamar di prusahaan yang menaungi minimarket. Haripertama dengan matematika psikotes dengan hasil lolos. Hari kedua interview, disini semua terungkap karna aku tak menutupi tentang masa yang pernah aku lalui, namun semua ini berakhir dengan aku dipindah alih lamaran karna umur, dari pramuniaga menjadi helper. Aku tak mempermasalahkan itu karna aku sudah terlanjur basah dan harus aku teruskan, hari ketiga dengan ujian tes helper, metematika lagi aku temui dan interview kemudian. Gugur sudah karena aku sudah capek menjalani rentetan tes yang setelah itu masih ada lagi dengan tahap angkat-angkat beban berupa barang di warehouse tanpa alat bantu, kemudian trainee dan teken kontrak selama 3 bulan.
Sekarang mau menjelang kelulusan dan akan lebih banyak pengangguran sementara, sepanjang itu semakin ketat persaingan mencari sebuah pekerjaan. Aduh entah bagaimana dengan aku? itu yang harus aku jawab dalam waktu dekat ini, semoga aku cepat mendapat pekerjaan yang menghasilan tanpa harus menjalani rentetan tes seperti tadi. Pendekatan mulai aku lakukan untuk mendapat info lowongan, yang aku ingin tak beranjak lagi dari tahan kelahiranku itu saja.
Seiring perjalanan waktu, aku yang memutuskan untuk tinggal dikota asalku Jember, jauh dari proses PHK (putus hubungan kerja) yang aku jalani di Karawang. Semua itu tidak menjadikan aku tenang, aku merasa tambah bersalah dengan keadaan ini yang meninggalkan saudara, teman, dan sahabat bertarung dengan proses. Pebruari menjadi akhir dari semua cerita proses setelah sembilan bulan proses berjalan, aku memutuskan untuk keluar dari serikat pekerja dan mengambil PHK tentunya dengan banyak pertimbangan.
Tercatatan 28 Pebruari 2013 aku berubah status, dari karyawan tetap menjadi pengangguran, dari biaya brobat gratis menjadi bayar, dengan kata lain HAK aku sebagai karyawan telah gugur mulai tanggal 28 Pebruari 2013 kemarin. Berat memang, tapi ini keputusan yang sudah aku ambil walau resiko sudah menanti didepan. Aku juga tak mau lama-lama menggantungkan nasib, ini keputusan buatku tapi mungkin ada yang beranggapan ini sebuah penghianatan, aku tak mempermasalahkan sebuah sudut pandang itu, bukankah kita berada dinegara yang bebes berpendapat, ya sudahlah.
Kebingungan sudah mulai aku hadapi sekarang, aku yang harus bisa membayar tagihan-tagihan itu. Hasil keputusanku memang mendapatkan uang pengganti atas jasa kerjaku selama ini, namun kebutuhan dan kuwajiban menjadikan uang bergulir dan tersisa tak banyak, itupun harus aku relakan buat kelancaran rumah saudaraku. Mimpi kemarin sore untuk sebuah usaha harus pupus terlebih dahulu, aku sekarang harus bekerja dan menghasilkan meski sedikit yang penting menghasilkan terlebih dahulu untuk kebutuhan.
Ini baru hidup, aku bagai ditantang oleh waktu dan keperluan perut. Terkadang aku berfikir pesimis tentang diriku sendiri yang sudah malas dengan tes kerja yang harus dilalui, matematika, interview, yang berujung menggugurkan aku karna umur yang tak lagi masuk kriteria dalam karyawan baru untuk pekerjaan berijazahkan SMK.
Sempat kemarin aku aku melamar di prusahaan yang menaungi minimarket. Haripertama dengan matematika psikotes dengan hasil lolos. Hari kedua interview, disini semua terungkap karna aku tak menutupi tentang masa yang pernah aku lalui, namun semua ini berakhir dengan aku dipindah alih lamaran karna umur, dari pramuniaga menjadi helper. Aku tak mempermasalahkan itu karna aku sudah terlanjur basah dan harus aku teruskan, hari ketiga dengan ujian tes helper, metematika lagi aku temui dan interview kemudian. Gugur sudah karena aku sudah capek menjalani rentetan tes yang setelah itu masih ada lagi dengan tahap angkat-angkat beban berupa barang di warehouse tanpa alat bantu, kemudian trainee dan teken kontrak selama 3 bulan.
Sekarang mau menjelang kelulusan dan akan lebih banyak pengangguran sementara, sepanjang itu semakin ketat persaingan mencari sebuah pekerjaan. Aduh entah bagaimana dengan aku? itu yang harus aku jawab dalam waktu dekat ini, semoga aku cepat mendapat pekerjaan yang menghasilan tanpa harus menjalani rentetan tes seperti tadi. Pendekatan mulai aku lakukan untuk mendapat info lowongan, yang aku ingin tak beranjak lagi dari tahan kelahiranku itu saja.
Langganan:
Postingan (Atom)